Translate

Saturday, May 31, 2014

parasetamol sebagai analgetik antipiretik



Parasetamol

       Sinonim                : P – asetamidofenol; P – asetamino – fenol;
                P – asetilaminofenol; P-hidroksi asetanilida; Asetaminofen.
       Asetaminofen adalah derivat P-aminofenol / asetanilida / anilin.
       Asetaminofen → metabolit fenasetin dg efek analgetik & antipiretik yg sama dg senyawa induknya.
       Sebagai analgetik-antipiretik paling aman untuk swamedikasi / pengobatan sendiri.
       Indikasi                : nyeri ringan – sedang (sakit kepala, gigi, perut, dysmenorroe / nyeri haid), dan demam (influenza & setelah vaksinasi).

Mekanisme kerja parasetamol :
       Mekanisme efek analgetik : menghambat biosintesis prostaglandin (PG) perifer secara lemah yg berperan sbg mediator nyeri.
       Mekanisme efek antipiretik : menghambat biosintesis PG ( yg dibentuk sbg reaksi terhadap zat pirogen dari infeksi bakteri) di dalam hipotalamus (sbg pusat pengatur suhu & termoregulasi), menyebabkan vasodilatasi perifer di kulit dg bertambahnya pengeluaran kalor & keluar keringat yg banyak.
       Parasetamol tidak memiliki efek anti-inflamasi yg signifikan. Hal ini terjadi karena di hipotalamus rendah kadar peroksida (yg memicu terbentuknya PGE2 / PGF2 sbg mediator peradangan). Sedangkan lokasi inflamasi banyak peroksida yg dihasilkan leukosit, sehingga efek anti-inflamasi parasetamol tidak ada dan  tidak digunakan untuk anti-rematik.

Farmakokinetik Parasetamol
       Absorpsi                              : cepat & sempurna melalui saluran cerna (p.o).
       Distribusi            : secara luas, menembus plasenta, masuk ASI.
       Metabolisme    : di hati oleh enzim mikrosomal hati.
       Ekskresi                               : metabolit melalui ginjal.
       Plasma t ½          : 1 – 4 jam.

EFEK SAMPING OBAT ( ESO )
       Reaksi hipersensitifitas & kelainan darah
       Pd penggunaan kronis 3 – 4 g sehari → kerusakan hati
       Dosis > 6 g → necrosis hati  reversibel.
                Hepatotoksis ini disebabkan oleh metabolitnya yg pd dosis normal dapat ditangkal oleh glutathion (tripeptida dg – SH).
       Dosis > 10 g : persediaan glutathion habis → metabolitnya mengikatkan diri pada protein dg –SH di sel-sel hati → nekrosis hepatik irreversibel.
       Dosis 20 g → fatal.
       Gejala over dosis : mual, muntah, anoreksia

Macam analgetik berdasarkan cara kerja farmakologinya :

1.       Analgetika perifer (non-narkotika)
                -              Tidak bekerja sentral (bekerja terutama pd         perifer) & tidak bersifat narkotika.
                -              berkhasiat lemah (sampai sedang)
                -              bersifat antipiretika & kebanyakan bersifat          antiinflamasi & antireumatik.
2. Analgetika narkotika
                -              bekerja sentral (hipnoanalgetika)
                -              berkhasiat kuat
                -              Menghalau rasa nyeri hebat (kanker).

ANALGETIK PERIFER
1.       Parasetamol
2.       Salisilat : asetosal, salisilamid, benorilat
3.       NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug’s)
4.       Derivat antranilat : mefenaminat, asam niflumat glafenin, floktafenin.
5.       Derivat pirazolinon : aminofenazon, isopropilfenazon, isopropilaminofenazone, metamizol.
6.       Lain-lain : benzidamin.


Kritik dan saran silahkan tulis dibawah ini

fsjsff

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright @ 2013 FARMASI OBAT HERBAL.

Designed by Templateiy & CollegeTalks