Translate

Sunday, April 27, 2014

teori sediaan infus farmasi

teori sediaan infus


.                   DASAR TEORI
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril , secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikro organisme hidup.
Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikro organisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba.                       
 (Lachman , 1994 )
            Secara parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah cairan tubuh , elektrolit atau untuk menambah nutrisi . Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh  dan memberikan nutrisi tambahan , untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi selain itu juga sebagai pembawa obat obat lain .
            Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal dalam wadah plastik atau gelas , steril bebas pirogen serta bebas partikel partikel lain.
Oleh karena volumenya yang besar pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri . Cairan infus intravena biasanya mengandung zat zat seperti asam amino , dekstrosa , elektolit dan vitamin.
            Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonik untuk meminimalisir trauma pada pembuluh darah namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan . Untuk meminimalisir iritasi pembuluh darah , larutan hiper tonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.



Persyaratan sediaan infus :
1.      Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan , terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia
2.      Penggunaan wadah yang cocok yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi obat dengan material dinding wadah
3.      Tersatukan tanpa terjadi reaksi . Untuk itu beberapa faktor yang paling banyak mementukan adalah : bebas kuman , bebas pirogen , bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral , isotonis , isohidris bebas bahan melayang.
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan dengan pemberian cara lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat . Sedangkan kerugiannya adalah obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak bisa di keluarkan lagi dari sirkulasi seperti dilakukan untuk obat bila diberikan per oral misalkan dengan cara dimuntahkan .                                                                                                         (Anonim , 2010 )
Kristaloid bersifat isotonik , maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan dalam pembuluh darah dalam waktu sangat singkat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya cairan ringer laktat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera . Misalnya cairan ringer laktat dan NaCl 0,9 %
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstra selular ( CES = CEF ) . Keuntungan dari cairan ini adalah harga murah , tersedia dengan mudah disetiap pusat kesehatan , tidak perlu dilakukan cross macth , tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik , penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama . Pemberian sejumlah cairan kristaloid berlebih dapat menyebabkan edema otak dan meningkatkan tekanan intrakanial . Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid akan lebih banyak menyebar keruang intertitiel dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resvitasi defisit cairan diruang interstitiel . Larutan ringer laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan untuk resusitasi cairan walaupun agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskuler . Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme dihati menjadi bikarbonan.
 (Anonim .2011)
Ringer laktat merupakan cairan yang paling fisiologi yang dapat diberikan pada kebutuhan bessar . Ringer laktat banyak digunakan sebagai replacement therapy antara lambung , shock hipovolemik , diare , trauma dan luka bakar . Laktat yang terdapat dalam larutan ringer laktat akan dimetabolisme oleh hati yang digunakan untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik . Kalium yang terdapat didalam ringer laktat tidak cukup untuk pemeliharaan sehari hari , apalagi untuk kasus defisit kalium . Larutan ringer laktat tidak mengandung glukosa sehingga bila akan dipakai sebagai cairan rumatan , dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah terjadinyaketoris .                                                                                                                             ( Ansel , Haword , C . 1989 )

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuat infuse ringer laktat serta mengevaluasinya. Infuse merupakan sediaan parenteral yang bervolume besar, yaitu produk obat dengan pembawa air dalam bentuk kontener dosis tunggal, disterilkan secara terminal dengan kapasitas 100 mililiter atau lebih, yang digunakan atau diberikan kepada manusia. Infuse sendiri juga bisa diartikan larutan dalam jumlah yang besar terhitung mulai 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.
Terdapat beberapa syarat sediaan infus:
1.      Sediaan harus steril berupa larutan
2.      Bebas pirogen
3.      Sedapat mungkin dibuat isotonis dengan darah
4.      Larutan untuk infus harus jernih dan praktis bebas partikel.
      Infuse ringer laktat adalah larutan steril yang mengandung Natrium Klorida, Kalium Klorida, Kalsium Klorida, dan Natrium Laktat dalam air untuk obat suntik. Infuse ringer laktat mengandung berbagai macam elektrolit, sehingga digunakan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit ataupun cairan tubuh secara fisiologis. Ringer laktat berisi komponen-komponen seperti Na Laktat, NaCl, KCl, dan CaCl2.2H2O. Larutan ini merupakan modifikasi dari larutan ringer yang berfungsi sama dengan ringer laktat. Yang membedakan adalah adanya NaHCO3. NaHCO3 memungkinkan adanya terlepasnya CO2 yang meningkatkan nilai pH atau pengendapan CaCO3. Pada infuse ringer laktat, hal tersebut diatasi dengan menggunakan Na Laktat yang berasal dari NaHCO3 dengan menambahkan asam laktat.
      Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Ion Natrium ( Na+ ) dalam injeksi berupa Natrium Klorida dapat digunakan untuk mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat menyebebkan dehidrasi. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan larutan NaCl 0,9%, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh. Kalium Klorida (KCl), Kalium merupakan kation yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam basa serta isotonis sel. Ion Kalsium (Ca2+)  bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler dan untuk konduksi saraf dan otot. Jumlah ion Kalsium dibawah konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut dalam air.
      Adapun keuntungan dari sediaan parenteral :
·         Baik untuk obat yang dapat mengiritasi lambung jika secara peroral
·         Aksi obat cepat
·         Jaminan dosis dan kepatuhan
      Sedangkan kerugiannya:
·         Tidak praktis
·         Butuh alat khusus
·         Terasa sakit
      Larutan Ringer Laktat dibuat dengan tujuan untuk mengisi cairan yang hilang setelah kehilangan darah atau kekurangan elektrolit plasma akibat trauma, edema, operasi, atau cedera kebakaran, demam tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan output input cairan tubuh tidak seimbang. Larutan ringer laktat digunakan jika pasien mengalami asidosis atau tanda-tanda yang menunjukkan penyakit tersebut, karena produk sampingan dari metabolisme laktat dalam hati melawan asidosis.
      Ada dua jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu:
a.       Asidosi merupakan kondisi plasma yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah yang berlebih
b.      Alkalosis merupakan kondisi yang kondisi plasma darah terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, kalsium dalam jumlah yang berlebih.
Pada pembuatan ringer laktat ini yang pertama kali dilakukan adalah mengecek apakah dalam formula akan menghasilkan infuse yang isotonis atau belum. Pada pemberian secara intravena dalam volume yang kecil isotonis bukanlah syarat yang mutlak. Hal ini karena jumlah cairan tubuh jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan yang dimasukkan, sehingga terjadi pengenceran yang cepat. Tetapi tidak demikian jika larutan intravena dalam volume besar tidak isotonis. Larutan harus dibuat isotonis karena nantinya akan berinteraksi langsung dengan darah. Jika hipertonis, dimana tekanan osmotiknya lebih besar dari tekanan darah makan dapat terjadi plasmolisis atau hilangnya kadar air dari sel darah, sehingga sel darah akan mengkerut. Jika larutan hipotonis, yaitu tekanan osmotiknya kurang dari tekanan darah maka akan terjadi hemolisis yaitu eritrosit akan pecah. Hal ini karena air akan masuk kedalam eritrosit dengan melewati membran semi permiabel sehingga terjadi peningkatan volume darah, dan jika berkelanjutan akan pecah.
      Pengecekan isotonis larutan dilakukan dengan perhitungan menggunakan faktor dissosiasi dan dari hasil perhitngan maka dapat dikatakan bahwa formula ringer laktat disini bersifat hipotonis. Untuk mengatasinya diperlukan penambahan zat pengisostonis, salah satunya adalah NaCl yaitu sebesar 0,22 g/100 ml. Karena NaCl yang dibutuhkan adalah 0.82 g/100 ml sedangkan dalam formula hanya 0,6 g sehingga perlu ditambahkan 0,22 g agar didapat sediaan yang isotonis. Dalam sediaan yang dibuat yaitu 100 ml karena infuse merupakan sediaan perenteral yang bervolume besar yaitu 100 ml atau lebih.
      Langkah selanjutnya adalah pembuatan aqua pro injeksi, atau air untuk injeksi. Larutan infuse yang akan dibuat adalah 100 ml, namun air yang akan dididihkan untuk membuat aqua pro injeksi adalah 200 ml karena adanya penguapan selama pendidihan. Setelah mendidih ditunggu 15 menit lalu diberi 1 ml H2O2. Tujuannya adalah untuk menghilangkan CO2 yang ada dalam aquadest karena apabila ada CO2 dalam aquadest maka CO2 tersebut akan bereaksi dengan Na+ dari NaCl mmbentuk endapan Na2CO3 menurut reaksi:
2Na+  +  CO2 à Na2CO3
                              Endapan
Reaksi H2O2 dengan CO2;
2H2O2 + CO2 à CO3-  + 2H2O
Adanya karbonat akan menyebabkan kebasaan dan hemoglobin juga akan mengikat CO2. Penambahan H2O2 kemudian di didihkan kembali secara tertutup selama 15 menit. Kemudian diangkat, lalu didinginkan.
Proses pendinginan dilakukan dengan merendamkan aqua tadi ke baskom yang berisi air dingin, bertujuan agar pendinginan bisa dipercepat. Sambil menunggu dingin dilakukan pengaktifan carbo adsorbens, tujuannya agar kerjanya dalam menyerap partikel-partikel kasar ( menjernihkan ) dan pirogen dapat maksimal. Cara pengaktifan dengan memanaskan carbo adsorbrens selam 5 menit dalam cawan. Kemudian setelah airnya dingin, larutkan semua bahan kemudian di adkan 100 ml lalu diberi carbo adsorbens yang telah diaktifkan. Kemudian saring dengan kertas saring hingga jernih. Ukur volume sebelum proses strerilisasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui volume sebelum sterilisasi yang kemudian mengetahui adanya perubahan volume setelah sterilisasi.
Mengenai pH yang terdapat dalam sediaan parenteral sebaiknya mempunyai pH yang mendekati pH fisiologis yang artinya isohidris dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu keadaan dimana pH larutan sama dengan pH darah. Pada sediaan hasil praktikum, pH yang di dapat yaitu 7. pH ini masuk ke dalam range pH Ringer Laktat, yaitu 5-7. Injeksi dalam volume besar (infus), pH larutan yang menyimpang dari nilai pH darah harus perlu disesuaikan dengan range pH. Tujuan utama dari pengaturan pH dalam sediaan infus ini adalah untuk mempertinggi stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi utama obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat tersebut, sehingga obat tersebut memiliki aktivitas dan potensi. Selain itu untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit ketika disuntikkan. pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan pH yang terlalu rendah akan mengganggu kenyamanan dalam penggunaan obat, yaitu sakit jika disuntikkan.
Infus harus bebas pirogen karena dapat menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah arteri, sekitar 1 jam setelah injeksi. Pirogen sering mencemari sediaan farmasi. Hingga saat ini substansi pirogenik yang diketahui paling aktif dan paling sering mencemari sediaan farmasi adalah endotoksin. Selain itu masih banyak lagi substansi pirogenik lainnya seperti bakteri, fungi, virus, dan lain-lain.
Adapun beberapa sifat pirogen:
1.      Termostabil, dapat dihilangkan hanya dengan pemanasan selama 4 jam pada 180oC
2.      Larut dalam air, sehingga tidak dapat digunakan penyaring bakteri
3.      Tidak terpengaruh oleh bakterisida biasa
4.      Tidak menguap
Karena sifat termostabil tersebut pada pemanasan yang rendah tidak dapat membunuh pirogen, maka untuk menghilangkan pirogen larutan ditambahkan dengan carbo adsorbens. Agar carbo adsorben bekerja lebih aktif, maka sebelum digunakan carbo adsorbens terlebih dahulu diaktifkan yaitu dengan cara dipanaskan diatas cawan untuk menghilangkan air yang mungkin diikatnya. Dengan demikian daya adsorbsi karbo adsorben akan meningkat. Kemudian disaring dengan kertas saring. Ada beberapa kerugian melakukan penyaringan, yaitu ada obat yang ikut tersaring. Setelah jernih, larutan dimasukkan dalam wadah yang sesuai, yaitu botol dengan volume yang sesuai juga.
      Sterilisasi dilakukan untuk larutan ringer laktat adalah termasuk sterilisasi akhir, dimana sterilisasi dilakukan setelah larutan dimasukkan dalam wadah. Metode sterilisasi untuk larutan ini adalah sterilisasi uap (panas basah). Pada umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan yang digunakan terhadap penembusan uap air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air tersebut. Sterilisasi uap air ini lebih efektif dibandingkan dengan sterilisasi panas kering. Bila ada uap air, bakteri akan dikoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah daripada tidak ada kelembaban. Sel bakteri dengan air besar umumnya lebih mudah dibunuh. Pada spora-spora yang kadar airnya relatif rendah maka akan sulit dihancurkan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa proten esensial organisme tersebut. Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada temperatur yang lebih rendah. Sedangkan untuk sterilisasi panas kering, kematian mikroba diakibatkan karena adanya sel mikroba mengalami dehidrasi diikuti dengan pembakaran pelan-pelan atau proses oksidasi. Sterilisasi larutan ringer laktat dilakukan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 30 menit, dimana pada suhu tersebut selama 30 menit mikroba akan mati.
      Evaluasi untuk sediaan infus dilakukan pemeriksaan pH, kebocoran, kejernihan, partikel asing, dan keseragaman bobot atau volume.
1.      Uji pH
Uji pH ini bertujuan unttuk mengetahui sifat ke asam-basaan dari sediaan infus Ringer laktat yang dibuat. Uji pH ini berkaitan dengan stabilitas obat dan keamanan dalam penggunaan. Hasil rata-rata dari 3x replikasi pH larutan yang didapat yaitu 7. Ini berarti memenuhi untuk pH sediaan parenteral yaitu antara 5 sampai 7 karena pH tersebut isohidris dengan nilai pH darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu keadaan dimana pH larutan sama dengan pH darah ataupun cairan tubuh. Namun jika dalam uji ini belum memenuhi persyaratan pH maka perlu dilakukan penyesuaian pH agar memenuhi syarat. Jika terlalu asam, maka bisa ditambah larutan NaOH 0,1 N. Dan jika terlalu basa dapat ditambah larutan HCl 0,1 N. Tujuan dari pengaturan pH ini adalah untuk meningkatkan stabilitas obat. Selain itu juga untuk mencegah adanya rangsangan atau rasa sakit sewaktu disuntikkan. Karena jika terlalu tinggi dapat menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan jika terlalu rendah maka menyebabkan rasa sakit sewaktu disuntikkan.
2.      Uji kebocoran
Tujuan dilakukan uji kebocoran adalah untuk mengetahui apakaha ada kebocoran atau tidak pada kemasan. Kaitan dari uji kebocoran ini adalah sterlilitas sediaan, dan volume sediaan. Uji ini dilakukan dengan membalikkan botol infus sehingga posisi tutup dibawah. Jika terdapat kebocoran, maka dapat berbahaya karena lewat lubang atau celah tersebut dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme atau kontaminan lain yang berbahaya. Selain itu, isi infus juga dapat bocor keluar dan merusak penampilan kemasan. Dari hasil uji yang dilakukan, didapat bahwa tidak ada kebocoran.
3.      Uji partikel asing
Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui apakah ada partikel dalam larutan. Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah. Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ vital tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan menerawang sediaan pada sumber cahaya. Dari hasil uji ini didapat bahwa tidak terdapat partikel asing dalam infus. Jika terdapat partikel asing bisa terjadi karena sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan.
4.      Uji kejernihan
Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui kejernihan dari larutan infus yang dibuat. Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat. Dari pemeriksaan yang dilakukan diperoleh bahwa larutan infus yang dibuat memenuhi syarat kejernihan. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih.
5.      Uji keseragaman bobot atau volume
Tujuan dari uji keseragaman bobot atau volume adalah untuk mengetahui volume larutan infus apakah tetap atau berubah antara sebelum dan sesudah proses sterilisasi dan apakah ada penyusutan. Pengujian keseragaman volume berkaitan dengan uji kebocoran. Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Dari pengujian ini didapatkan hasil yaitu terdapat penyusutan. Sehingga dapat dikatakan tidak memenuhi keseragaman volume, yaitu 99 ml setelah sterilisasi volumenya menjadi 98 ml.


KESIMPULAN
·         Fungsi Infus Ringer Laktat adalah untuk mengisi cairan yang hilang setelah kehilangan darah atau kekurangan elektrolit
·         Pembuatan Infus Ringer Laktat harus steril bebas pirogen
·         Uji pH telah dipenuhi yaitu antara pH 5 sampai 7, pH dari infus ini adalah 7
·         Pada uji kebocoran larutan ringer laktat dalam wadah diperoleh hasil wadah tidak bocor.
·         Uji kejernihan sediaan ringer laktat memberikan hasil yang jernih.
·         Uji partikel asing menghasilkakn tidak terdapat partikel asing yang berada dalam infus.
·         Uji keseragaman volume didapat adanya penyusutan setelah sterilisasi.


DAFTAR PUSTAKA
·         Agoes, Goeswien. 2009. Sediaan farmasi steril. Bandung: Penerbit ITB
·         Ansel, Howard C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farm

fsjsff

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright @ 2013 FARMASI OBAT HERBAL.

Designed by Templateiy & CollegeTalks