Laporan Asidi
Alkalimetri
TUJUAN
1. Mahasiswa
dapat menjelaskan proses titrasi asidi alkalimetri
2. Mahasiswa
mampu menghitung kadar cuplikan pada titrasi
asidi alkalimetri
LANDASAN TEORI
Titrasi asam basa sering disebut
asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi pengukuran lain-lain sering dipakai
akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata “metri” berasal dari bahasa yunani
yang berarti
ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam hubungan mengukur sama
saja, yaitu dengan atau dari (with atau off). Akhiran I berasal dari kata latin
dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran
jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau
garam). (Khopkar,1990).
Asidimetri adalah pengukuran
konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri
adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh
sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah
proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke
dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna.
Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa
ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar
diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir
stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu
sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan
keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan
perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis
titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik
lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi
yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu
dibatasi oleh titrasi. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak
dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang
terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat
diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku
elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl. (Day dan Underwood, 1986 )
Jika larutan asam ditetesi dengan
larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi
dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan
perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva
titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada titik tengahnya merupakan titik
ekuivalen. (Dirjen POM,1979)
Pada saat tercapai titik ekivalen,
penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar.
Perubahan pH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang disebut
indicator, yaitu suatu senyawa organik yang akan berubah warnanya dalam rentang
pH tertentu. (Lukum,2005)
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Labu
ukur 150 ml
2. Pipet
volume 25 ml
3. Buret
4. Klem
5. Statif
6. Erlenmeyer
250 ml
7. Pipet
tetes
8. Kaca
arloji
9. Botol
warna coklat 500 ml
Bahan :
1. Hcl
p.a
2. NaOH
p.a
3. Natrium
boraks
4. Indikator
metil merah
5. Asam
oksalat p.a
6. Indikator
pp
7. Asam
cuka pasaran
8. Minuman
besoda pasaran
CARA KERJA
1. Membuat
larutan hcl 0,1 M dari 1 N sebanyak 1 ml
2. Membuat
larutan NaHCO3 0.1 Msebanyak 100 ml
3. Standarisasi
hcl 0,1 M
4. Menghitung
% hcl 0,1 M
HASIL PENGAMATAN
----------
PEMBAHASAN
Bikin sendiri yaaaa
Hehehe.............
0 komentar:
Post a Comment