Translate

Tuesday, May 13, 2014

Laporan Asidi Alkalimetri



Laporan Asidi Alkalimetri
TUJUAN

1.       Mahasiswa dapat menjelaskan proses titrasi asidi alkalimetri
2.       Mahasiswa mampu menghitung kadar cuplikan pada titrasi  asidi alkalimetri

LANDASAN TEORI

         Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata “metri” berasal dari bahasa yunani yang berarti
ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with atau off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam). (Khopkar,1990).
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara  di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl. (Day dan Underwood, 1986 )
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada titik tengahnya merupakan titik ekuivalen. (Dirjen POM,1979)
Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang disebut indicator, yaitu suatu senyawa organik yang akan berubah warnanya dalam rentang pH tertentu. (Lukum,2005)

ALAT DAN BAHAN

Alat :
1.       Labu ukur 150 ml
2.       Pipet volume 25 ml
3.       Buret
4.       Klem
5.       Statif
6.       Erlenmeyer 250 ml
7.       Pipet tetes
8.       Kaca arloji
9.       Botol warna coklat 500 ml

Bahan :
1.       Hcl p.a
2.       NaOH p.a
3.       Natrium boraks
4.       Indikator metil merah
5.       Asam oksalat p.a
6.       Indikator pp
7.       Asam cuka pasaran
8.       Minuman besoda pasaran

CARA KERJA


1.       Membuat larutan hcl 0,1 M dari 1 N sebanyak 1 ml
2.       Membuat larutan NaHCO3 0.1 Msebanyak 100 ml
3.       Standarisasi hcl 0,1 M
4.       Menghitung % hcl 0,1 M

HASIL PENGAMATAN

----------

PEMBAHASAN
Bikin sendiri yaaaa
Hehehe.............

fsjsff

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright @ 2013 FARMASI OBAT HERBAL.

Designed by Templateiy & CollegeTalks