FUROSEMID
Pengertian
Diuretik adalah suatu
obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis) dengan jalan menghambat
reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal. Dengan
demikian bermanfaat untuk menghilangkan udema dan mengurangi free load.
Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi
dan gagal jantung. Pada
gagal jantung, diuretik akan mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan yang
terakumulasi di jaringan dan paru paru . di samping ituh berkurang nya volume
darah akan mengurangi kerja jantung.
Ada tiga faktor utama
yang mempengaruhi respon diuretik.
1.
Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada
daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil
bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium banyak.
2.
Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
3.
Interaksi antara obat dengan reseptor .Kebanyakan bekerja dengan
mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air
diperbanyak.
Mekanisme kerja
diuretika
Kebanyakan diuretika bekerja dengan
mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian
juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja
khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:
1.
Tubuli proksimal.
Ultrafiltrat mengandung
sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera aktif untuk 70%, antara
lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena
reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah
dan tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal
dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium.
2. Lengkungan
Henle.
Di bagian menaiknya ca
25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara
aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+,
tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan
bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- begitupula
reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak .
3. Tubuli distal.
Dibagian pertmanya, Na+
dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebi cair
dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di
tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl-
sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+
atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal
aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini
dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+ .
4. Saluran
Pengumpul.
Hormon antidiuretik
(ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air
dari sel-sel saluran ini.
Penggolongan diuretik
Diuretik dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, yakni :
a.
Diuretik Kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle
bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport
elektrolit natrium, kalium, dan klorida.Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat
tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada
udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis
dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya adalah furosemida
yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi.
Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending
dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem
kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca.
Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk diuretik kuat
adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
b.
Diuretic hemat kalium
Diuretic hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli
distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton)
atau secara langsung (triamteren dan amilorida). Efek obat-obat ini lemah dan
khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya untuk menghemat kalium.
Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat secara
kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolakton
yang merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon
alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap hari
setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga
dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi.
Pada gagal jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai
30%. Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati,
zat ini diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui
kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang
yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan
mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada
wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal.
c.
Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli
distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah
dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan
hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika
dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak
bertambah. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid,
benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari
turunan klorthiazida yang dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus
distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan tetapi
lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk
hipertensi ringan sampai sedang karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada jangka
panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi
lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid, Moduretik,
Dytenzide (Aidan, 2008).
d. Diuretik
golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase
di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan
lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya lemah,
setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara berselang-seling. Asetozolamidditurunkan
r sulfanilamid. Efek diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase
yang mengkatalis reaksi berikut:
CO2 + H2O H2CO3
H+ + HCO3+
Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak
ada cukup ion H+ lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi
peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan
sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan
bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan
diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid,
diklorofenamid dan meatzolamid.
e.
Diuretik
osmotik
Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat
bukan elektrolit yang mudah dan cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat
dapat bertindak sebagai diuretic osmotic apabila memenuhi 4 syarat:
1. difiltrasi
secara bebas oleh glomerulus.
2. tidak atau
hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal.
3. secara farmakologis
merupakan zat yang inert, dan
4. umumnya
resisten terhadap perubahan-perubahan metabolic.
Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat
diberikan dalam jumlah cukup besar sehingga turut menentukan derajat
osmolalitas plasma, filtrate glomerulus dan cairan tubuli
Diuretik osmotik mempunyai tempat
kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan
cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah
medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash
out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli
sehingga reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya al diuresis osmotik dengan
ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit. Istilah diuretik osmotik
biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea,
gliserin dan isisorbid.
Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat
dalam tumbuh-tumbuhan dan getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi
singkat an dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi
pada tubuli, sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik.
Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada
glaucoma.
beberapa Mekanisme aksi
dari kerja Manitol sekarang ini adalah segagai berikut:
1. Menurunkan Viskositas darah dengan mengurangi
haematokrit, yang penting untuk mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak dan
meningkatkan aliran darahj keotak, yang diikuti dengan cepat vasokontriksi dari
pembuluh darah arteriola dan menurunkan volume darah otak. Efek ini terjadi
dengan cepat (menit).
2. Manitol tidak terbukti bekerja menurunkan
kandungan air dalam jaringan otak yang mengalami injuri, manitol menurunkan
kandungan air pada bagian otak yang yang tidak mengalami injuri, yang mana bisa
memberikan ruangan lebih untuk bagian otak yang injuri untuk pembengkakan
(membesar).
3. Cepatnya pemberian dengan Bolus intravena
lebih efektif dari pada infuse lambat dalam menurunkan Peningkatan Tekanan
intra cranial.
4. Terlalu sering pemberian manitol dosis tinggi
bisa menimbulkan gagal ginjal. ini dikarenakan efek osmolalitas yang segera
merangsang aktivitas tubulus dalam mensekresi urine dan dapat menurunkan
sirkulasi ginjal.
5. Pemberian Manitol bersama Lasik (Furosemid)
mengalami efek yang sinergis dalam menurunkan PTIK. Respon paling baik akan
terjadi jika Manitol diberikan 15 menit sebelum Lasik diberikan. Hal ini harus
diikuti dengan perawatan managemen status volume cairan dan elektrolit selama
terapi Diuretik.
C.
Obat diuretik
1. Diuretik
hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan
diuresis tanpa kehilangan kalium dalam urine.
Yang termasuk dalam klompok ini antara lain
aldosteron, traimteren dan amilorid.
Ø Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang
paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan
klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis
aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya yang
terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan
ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan
diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida,
yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan
ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja.
Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan
kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya
tidak sekuat golongan diuretik kuat.
Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja
di tubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan
sekresi H+
Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna,
mengalami sirkulasi enterohepatik dan
metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya
kankrenon. Kankrenon mengalami
interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak
aktif.
Efek samping furosemid
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton
adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama
dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi
bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan
reversibel diantaranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna
Indikasi
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk
pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai
bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping
memperbesar diuresis.
Sediaan dan dosis
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan
100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari
rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi.Terdapat pula sediaan
kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta
antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
0 komentar:
Post a Comment