Foeniculum vulgare
Latar Belakang
Berasal dari Eropa Selatan dan Asia. Namun saat ini penyebarannya sudah sangat merata disemua kawasan dataran tinggi di Indonesia, terutama di Jawa. Masyarakat biasanya menanam adas di pinggiran pematang ladang, bersama dengan tanaman lainnya. Sosok tanaman adas yang daunnya sangat khas itu akan mudah dikenali di tengah-tengah tanaman sayuran lainnya. Meskipun kalau sudah sama-sama berbunga dan berbuah, rumpun adas tampak mirip tanaman wortel (1).
Di Indonesia, adas telah dibudidayakan dan kadang sebagai tanaman bumbu atau tanaman obat. Tumbuhan ini dapat hidup dari dataran rendah sampai ketinggian 1.800 m di atas permukaan laut, namun akan tumbuh lebih baik pada dataran tinggi. Karena manfaatnya, tumbuhan ini banyak pula ditanam di Indonesia, India, Argentina, Eropa, dan Jepang (2).
Sinonim
Sumatra : Das pedas (Aceh), adas, adas pedas (Melayu), adeh manih (Minangkabau)
Jawa : Hades (Sunda), adas, adas londa, adas landi (Jawa), adhas (Madura)
Sulawesi : Paapang, paampas (Manado), popaas (Alfuru), denggu-denggu (Gorontalo), papaato (Buol), Porotomu (Baree), adasa, rempasu (Makasar), adase (Bugis), kumpasi (Sangir talaut)
Nusa Tenggara : wala wunga (Sumba)
Bali : adas (4).
Beragamnya sebutan dimasing-masing etnis ini, menandakan bahwa introduksi tanaman adas sudah dimulai sejak adanya kontak dagang antara masyarakat nusantara dengan Hindu dan Timur Tengah. Nama asing : phong karee, mellet karee (Thai), jintan manis (Malaysia). Nama simplisia : Foeniculi Fructus (buah adas) (2).
Deskripsi tanaman
Superregnum: Eukarya
Regnum: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Classis: Magnoliopsida
Ordo: Apiales
Familia: Apiaceae
Subfamilia: Apioideae
Tribus: Incertae sedis
Genus: Foeniculum
Species: F. vulgare
Subspecies: F. v. subsp. piperitum – F. v. subsp. vulgare – F. v. subsp. vulgare – F. v. subsp. vulgare (3).
Tanaman dicirikan dengan bentuk herba tahunan, tingga tanaman dapat mencapai 1 – 2 m dengan percabangan yang banyak, batang beralur. Daun berbagi menyirip, berbentuk bulat telur sampai segi tiga dengan panjang 3 dm, bunga ber-warna kuning membentuk kumpulan payung yang besar. Dalam satu payung besar terdapat 15 – 40 payung kecil, dengan panjang tangkai payung 1 – 6 cm. Bunga ber-bentuk oblong dengan panjang 3,5 – 4 mm. Dalam masing-masing biji terdapat tabung minyak yang letak-nya berselang-seling. Pada waktu muda biji adas bewarna hijau kemudian kuning kehijauan, dan kuning kecokelatan pada saat panen (6).
Identifikasi
1. Makroskopik
Kremokarp berbentuk memanjang, ujung pipih, gundul, stilopodium pendek bercabang dua, buah yang utuh umumnya bertangkai, warna coklat kehijauan atau coklat kekuningan hingga coklat, panjang sampai 10 mm, lebar sampai 4mm. Merikarp mempunyai 5 rusuk primer, menonjol, warna kekuningan, permukaan bidang lekat merikarp tidak beralur. Perikarp pada irisan melintang tampak 2 saluran tampak 2 saluran minyak pada bidang lekat merikarp dan 4 saluran minyak pada lekukan yang terdapat diantara rusuk primer, pada tiap rusuk terdapat satu berkas pembuluh. Embrio kecil, terletak pada ujung atas endosperm. Endosperm berisi banyak minyak (4).
2. Mikroskopik
Epikarp terdiri dari 1 lapis sel tetrahedral atau polyhedral, kutikula tidak bergaris, stomata bertipe anomositik (Ranucunlaceae). Mesokarp umumnya parenkimatik, di mesokarp daerah rusuk terdapat berkas pembuluh fibrovasal dengan serabut sklerenkim bernoktah sempit dan berlignin. Di sekitar berkas pembuluh terdapat parenkim berwarna kecoklatan dengan diding sel berpenebalan jala dan berlignin. Saluran minyak atau vitae dengan satu lapis epithelium berwarna coklat endocarp terdiri dari 1 lapis sel pipih. Pada penampanag tagensial tampak sebagai sel-sel berbentuk tersusun dalma kelompok-kelompok sel yang berlawana arah. Kulit terdiri dari ilapis sel terentang tagensial. Endosperm terdiri dari sel-sel parenkim bentuk polyhedral, dinding tebal tidak berlignin , berisi minyak lemak dan butir-butir aleueron yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset (4).
Serbuk berwarna coklat kekuningan. Fragmen pengenal adalah jaringa endosperm berdinding tebal, berisi minyak lemak dan butir-butir aleuron yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset kecil; saluran minyak berwarna kuningan atau kecoklatan parenkim berpenebalan jala berwarna kecoklatan, serabut bernoktah sempit; endocarp dengan kelompok sel-sel berbentuk hampir tetrahedral tersusun berlainan arah. Tidak terdapat rambut atau pati (4).
Kadar abu. Tidak lebih dari 12,9 %
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 2,9%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 20,5%
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 11,8%
Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%.
Penetapan kadar. Lakukan penetapan kadar menurut cara yang tertera pada penetapan kadar minyak atsiri.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup baik (4).
Kandungan
Adas mengandung minyak asiri (Oleum Foeniculi) 1 – 6%, mengandung 50- 60% anetol, lebih kurang 20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren, metilchavikol, anisaldehid, asam anisat, fitoestrogen, dan 12% minyak lemak.
Kandungan anetol yang menyebabkan adas mengeluarkan aroma yang khas dan berkhasiat karminatif. Akar mengandung bergapten. Akar dan biji mengandung. stigmasterin (serposterin) (5).
Efek Farmakologi
1. Komponen aktifnya, anisaldehida, meningkatkan khasiat streptomycin untuk pengobatan TBC pada tikus percobaan
2. Meningkatkan peristaltik saluran cerna dan merangsang pengeluaran kentut (flatus).
3. Minyak adas yang mengandung anetol, fenkon, chavicol, dan anisaldehid berkhasiat menyejukkan saluran cerna dan bekerja menyerupai perangsang nafsu makan
4. Menghilangkan dingin dan dahak
5. Dari satu penelitian pada manusia dewasa, diternukan bahwa adas mempunyai efek menghancurkan batu ginjal
6. Potensial untuk membantu dalam menyusui karena kandungan flavonoid dan coumarins, yang merupakan kelompok fitoestrogen, senyawa tanaman yang menggunakan efek keseimbangan pada tingkat hormon wanita seperti PMS dan menstruasi tidak teratur lain dan gejala menopause
7. Pada percobaan binatang, ekstrak dari rebusan daun adas dapat menurunkan tekanan darah. Namun, pengolahan cara lain tidak menunjukkan khasiat ini (6).
Efek Toksisitas
Adas sebaiknya jangan diberikan pada penderita alergi terhadap wortel, selederi, penderita epilepsi dan anak di bawah umur. Adas aman digunakan sebagai obat dalam jang-ka waktu yang tidak lama. Pemakai-an jangka lama dalam jumlah yang banyak akan memberikan efek samping di antaranya, kulit menjadi sensitif terhadap cahaya matahari, di mana kulit menjadi gelap dan sakit terbakar matahari. Sehingga selama pemakaian adas sebaiknya memakai proteksi (sunblock) apabila keluar ruangan (5).
Daftar Pustaka
1. Foragri, 2010, Minyak atsiri dari adas pedas, available at : http://foragri.blogsome.com/minyak-atsiri-dari-adas-pedas/, diakses tanggal 21 November 2010
2. Dalimamartha, setiawan, 1999, Atlas tumbuhan obat indonesia jilid 1, Jakarta, Trubus Agriwidya
3. Anonim, 2010, Foeniculum Vulgare , available at : http://toiusd.multiply.com/journal/item/55/foeniculum vulgare068114048
4. Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia Jilid II, Jakarta, Departemen kesehatan Republik Indonesia
5. Anonim, 2010, Adas Tanaman Yang Berpotensi Dikembangkan Sebagai Bahan Obat Alami, available at : http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=3&Itemid=36, diakses tanggal 21 November 2010
0 komentar:
Post a Comment