teori sediaan infus
Sterilisasi adalah proses yang
dirancang untuk menciptakan keadaan steril , secara tradisional keadaan steril
adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan
penghilangan semua mikro organisme hidup.
Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang
mempunyai konotasi relative dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas
dari mikro organisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka
kematian mikroba.
(Lachman , 1994 )
Cairan
infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal dalam wadah plastik atau
gelas , steril bebas pirogen serta bebas partikel partikel lain.
Oleh karena volumenya yang besar pengawet tidak pernah
digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang mungkin
disebabkan oleh pengawet itu sendiri . Cairan infus intravena biasanya
mengandung zat zat seperti asam amino , dekstrosa , elektolit dan vitamin.
Walaupun
cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonik untuk
meminimalisir trauma pada pembuluh darah namun cairan hipotonis maupun
hipertonis dapat digunakan . Untuk meminimalisir iritasi pembuluh darah ,
larutan hiper tonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.
Persyaratan sediaan infus :
1.
Sesuai kandungan bahan obat yang
dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan , terjadi pengurangan efek
selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia
2.
Penggunaan wadah yang cocok yang tidak
hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya
interaksi obat dengan material dinding wadah
3.
Tersatukan tanpa terjadi reaksi . Untuk
itu beberapa faktor yang paling banyak mementukan adalah : bebas kuman , bebas
pirogen , bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral , isotonis ,
isohidris bebas bahan melayang.
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan
kerja obat yang cepat dibandingkan dengan pemberian cara lain dan tidak
menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat . Sedangkan kerugiannya adalah obat
yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak bisa di keluarkan lagi
dari sirkulasi seperti dilakukan untuk obat bila diberikan per oral misalkan
dengan cara dimuntahkan . (Anonim , 2010 )
Kristaloid bersifat isotonik , maka efektif dalam mengisi
sejumlah volume cairan dalam pembuluh darah dalam waktu sangat singkat dan
berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya cairan ringer
laktat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera . Misalnya cairan
ringer laktat dan NaCl 0,9 %
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstra selular (
CES = CEF ) . Keuntungan dari cairan ini adalah harga murah , tersedia dengan
mudah disetiap pusat kesehatan , tidak perlu dilakukan cross macth , tidak
menimbulkan alergi atau syok anafilaktik , penyimpanan sederhana dan dapat
disimpan lama . Pemberian sejumlah cairan kristaloid berlebih dapat menyebabkan
edema otak dan meningkatkan tekanan intrakanial . Karena perbedaan sifat antara
koloid dan kristaloid akan lebih banyak menyebar keruang intertitiel
dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resvitasi
defisit cairan diruang interstitiel . Larutan ringer laktat merupakan cairan
kristaloid yang paling banyak digunakan untuk resusitasi cairan walaupun agak
hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskuler . Laktat
yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme dihati menjadi
bikarbonan.
(Anonim .2011)
Ringer laktat merupakan cairan yang
paling fisiologi yang dapat diberikan pada kebutuhan bessar . Ringer laktat
banyak digunakan sebagai replacement therapy antara lambung , shock hipovolemik
, diare , trauma dan luka bakar . Laktat yang terdapat dalam larutan ringer
laktat akan dimetabolisme oleh hati yang digunakan untuk memperbaiki keadaan
seperti asidosis metabolik . Kalium yang terdapat didalam ringer laktat tidak
cukup untuk pemeliharaan sehari hari , apalagi untuk kasus defisit kalium .
Larutan ringer laktat tidak mengandung glukosa sehingga bila akan dipakai
sebagai cairan rumatan , dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah
terjadinyaketoris . (
Ansel , Haword , C . 1989 )
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuat infuse ringer
laktat serta mengevaluasinya. Infuse merupakan sediaan parenteral yang
bervolume besar, yaitu produk obat dengan pembawa air dalam bentuk kontener
dosis tunggal, disterilkan secara terminal dengan kapasitas 100 mililiter atau
lebih, yang digunakan atau diberikan kepada manusia. Infuse sendiri juga bisa
diartikan larutan dalam jumlah yang besar terhitung mulai 10 ml
yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok.
Terdapat beberapa syarat sediaan infus:
1.
Sediaan harus steril berupa larutan
2.
Bebas pirogen
3.
Sedapat mungkin dibuat isotonis dengan
darah
4.
Larutan untuk infus harus jernih dan
praktis bebas partikel.
Infuse ringer
laktat adalah larutan steril yang mengandung Natrium Klorida, Kalium Klorida,
Kalsium Klorida, dan Natrium Laktat dalam air untuk obat suntik. Infuse ringer
laktat mengandung berbagai macam elektrolit, sehingga digunakan untuk memenuhi
kebutuhan elektrolit ataupun cairan tubuh secara fisiologis. Ringer laktat
berisi komponen-komponen seperti Na Laktat, NaCl, KCl, dan CaCl2.2H2O.
Larutan ini merupakan modifikasi dari larutan ringer yang berfungsi sama dengan
ringer laktat. Yang membedakan adalah adanya NaHCO3. NaHCO3
memungkinkan adanya terlepasnya CO2 yang meningkatkan nilai pH atau
pengendapan CaCO3. Pada infuse ringer laktat, hal tersebut diatasi
dengan menggunakan Na Laktat yang berasal dari NaHCO3 dengan
menambahkan asam laktat.
Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Ion
Natrium ( Na+ ) dalam injeksi berupa Natrium Klorida dapat digunakan
untuk mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah
retensi air sehingga dapat menyebebkan dehidrasi. Klorida merupakan anion utama
di plasma darah. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus
setara dengan larutan NaCl 0,9%, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan
osmosis yang sama dengan cairan tubuh. Kalium Klorida (KCl), Kalium merupakan
kation yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk
mengatur keseimbangan asam basa serta isotonis sel. Ion Kalsium (Ca2+) bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan
dalam proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler dan untuk konduksi
saraf dan otot. Jumlah ion Kalsium dibawah konsentrasi normal dapat menyebabkan
iritabilitas dan konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam bentuk CaCl2
yang lebih mudah larut dalam air.
Adapun keuntungan
dari sediaan parenteral :
·
Baik untuk obat yang dapat mengiritasi
lambung jika secara peroral
·
Aksi obat cepat
·
Jaminan dosis dan kepatuhan
Sedangkan
kerugiannya:
·
Tidak praktis
·
Butuh alat khusus
·
Terasa sakit
Larutan Ringer
Laktat dibuat dengan tujuan untuk mengisi cairan yang hilang setelah kehilangan
darah atau kekurangan elektrolit plasma akibat trauma, edema, operasi, atau
cedera kebakaran, demam tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan output input cairan tubuh tidak seimbang.
Larutan ringer laktat digunakan jika pasien mengalami asidosis atau tanda-tanda
yang menunjukkan penyakit tersebut, karena produk sampingan dari metabolisme laktat dalam hati
melawan asidosis.
Ada dua jenis kondisi plasma darah yang
menyimpang, yaitu:
a.
Asidosi merupakan kondisi plasma yang
terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah yang berlebih
b. Alkalosis merupakan kondisi yang kondisi plasma darah
terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, kalsium dalam jumlah yang berlebih.
Pada pembuatan ringer laktat ini yang pertama kali dilakukan
adalah mengecek apakah dalam formula akan menghasilkan infuse yang isotonis
atau belum. Pada pemberian secara intravena dalam volume yang kecil isotonis bukanlah
syarat yang mutlak. Hal ini karena jumlah cairan tubuh jauh lebih besar
dibandingkan dengan jumlah cairan yang dimasukkan, sehingga terjadi pengenceran
yang cepat. Tetapi tidak demikian jika larutan intravena dalam volume
besar tidak isotonis. Larutan harus dibuat isotonis karena nantinya akan
berinteraksi langsung dengan darah. Jika hipertonis, dimana tekanan osmotiknya
lebih besar dari tekanan darah makan dapat terjadi plasmolisis atau hilangnya
kadar air dari sel darah, sehingga sel darah akan mengkerut. Jika larutan
hipotonis, yaitu tekanan osmotiknya kurang dari tekanan darah maka akan
terjadi hemolisis yaitu eritrosit akan pecah. Hal ini karena air akan masuk
kedalam eritrosit dengan melewati membran semi permiabel sehingga terjadi
peningkatan volume darah, dan jika berkelanjutan akan pecah.
Pengecekan
isotonis larutan dilakukan dengan perhitungan menggunakan faktor dissosiasi dan
dari hasil perhitngan maka dapat dikatakan bahwa formula ringer laktat
disini bersifat hipotonis. Untuk mengatasinya diperlukan penambahan zat
pengisostonis, salah satunya adalah NaCl yaitu sebesar 0,22 g/100 ml. Karena
NaCl yang dibutuhkan adalah 0.82 g/100 ml sedangkan dalam formula hanya 0,6 g
sehingga perlu ditambahkan 0,22 g agar didapat sediaan yang isotonis. Dalam
sediaan yang dibuat yaitu 100 ml karena infuse merupakan sediaan perenteral
yang bervolume besar yaitu 100 ml atau lebih.
Langkah
selanjutnya adalah pembuatan aqua pro injeksi, atau air untuk injeksi. Larutan infuse yang akan
dibuat adalah 100 ml, namun air yang akan dididihkan untuk membuat aqua pro
injeksi adalah 200 ml karena adanya penguapan selama pendidihan. Setelah
mendidih ditunggu 15 menit lalu diberi 1 ml H2O2.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan CO2
yang ada dalam aquadest karena apabila ada CO2
dalam aquadest maka CO2 tersebut akan
bereaksi dengan Na+ dari NaCl mmbentuk endapan Na2CO3 menurut reaksi:
2Na+ + CO2 à Na2CO3
Endapan
Reaksi H2O2
dengan CO2;
2H2O2 + CO2
à CO3- + 2H2O
Adanya karbonat akan menyebabkan kebasaan dan hemoglobin
juga akan mengikat CO2. Penambahan
H2O2 kemudian di didihkan kembali secara tertutup selama
15 menit. Kemudian diangkat, lalu didinginkan.
Proses pendinginan dilakukan dengan merendamkan
aqua tadi ke baskom yang berisi air dingin, bertujuan agar
pendinginan bisa dipercepat. Sambil menunggu dingin dilakukan pengaktifan carbo
adsorbens, tujuannya agar kerjanya dalam menyerap partikel-partikel kasar (
menjernihkan ) dan pirogen dapat maksimal. Cara pengaktifan dengan memanaskan
carbo adsorbrens selam 5 menit dalam cawan. Kemudian setelah airnya dingin,
larutkan semua bahan kemudian di adkan 100 ml lalu diberi carbo adsorbens yang
telah diaktifkan. Kemudian saring dengan kertas saring hingga jernih. Ukur volume sebelum proses strerilisasi. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui volume sebelum sterilisasi yang kemudian mengetahui
adanya perubahan volume setelah sterilisasi.
Mengenai pH yang terdapat dalam sediaan parenteral
sebaiknya mempunyai pH yang mendekati pH fisiologis yang artinya isohidris
dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu keadaan dimana pH
larutan sama dengan pH darah. Pada sediaan hasil praktikum, pH yang di dapat
yaitu 7. pH ini masuk ke dalam range pH Ringer Laktat, yaitu 5-7. Injeksi dalam
volume besar (infus), pH larutan yang menyimpang dari nilai pH darah harus
perlu disesuaikan dengan range pH. Tujuan utama dari pengaturan pH dalam
sediaan infus ini adalah untuk mempertinggi stabilitas obat, misalnya perubahan
warna, efek terapi utama obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari
obat tersebut, sehingga obat tersebut memiliki aktivitas dan potensi. Selain
itu untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit ketika disuntikkan. pH
yang terlalu tinggi akan menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan pH yang
terlalu rendah akan mengganggu kenyamanan dalam penggunaan obat, yaitu sakit
jika disuntikkan.
Infus harus bebas pirogen karena dapat menyebabkan
kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah
arteri, sekitar 1 jam setelah injeksi. Pirogen sering mencemari sediaan
farmasi. Hingga saat ini substansi pirogenik yang diketahui paling aktif dan
paling sering mencemari sediaan farmasi adalah endotoksin. Selain itu masih
banyak lagi substansi pirogenik lainnya seperti bakteri, fungi, virus, dan
lain-lain.
Adapun beberapa sifat pirogen:
1. Termostabil, dapat dihilangkan hanya dengan pemanasan
selama 4 jam pada 180oC
2. Larut dalam air, sehingga tidak dapat digunakan penyaring
bakteri
3. Tidak terpengaruh oleh bakterisida biasa
4. Tidak menguap
Karena sifat termostabil tersebut pada pemanasan yang
rendah tidak dapat membunuh pirogen, maka untuk menghilangkan pirogen larutan
ditambahkan dengan carbo adsorbens. Agar carbo adsorben bekerja lebih aktif,
maka sebelum digunakan carbo adsorbens terlebih dahulu diaktifkan yaitu dengan
cara dipanaskan diatas cawan untuk menghilangkan air yang mungkin diikatnya.
Dengan demikian daya adsorbsi karbo adsorben akan meningkat. Kemudian disaring
dengan kertas saring. Ada beberapa kerugian melakukan penyaringan, yaitu ada
obat yang ikut tersaring. Setelah jernih, larutan dimasukkan dalam wadah yang
sesuai, yaitu botol dengan volume yang sesuai juga.
Sterilisasi
dilakukan untuk larutan ringer laktat adalah termasuk sterilisasi akhir, dimana
sterilisasi dilakukan setelah larutan dimasukkan dalam wadah. Metode
sterilisasi untuk larutan ini adalah sterilisasi uap (panas basah). Pada
umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan
yang tahan terhadap pemanasan yang digunakan terhadap penembusan uap air,
tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air tersebut.
Sterilisasi uap air ini lebih efektif dibandingkan dengan sterilisasi panas
kering. Bila ada uap air, bakteri akan dikoagulasi dan dirusak pada temperatur
yang lebih rendah daripada tidak ada kelembaban. Sel bakteri dengan air besar
umumnya lebih mudah dibunuh. Pada spora-spora yang kadar airnya relatif rendah
maka akan sulit dihancurkan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air adalah
karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa proten esensial organisme
tersebut. Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan
pada temperatur yang lebih rendah. Sedangkan untuk sterilisasi panas kering,
kematian mikroba diakibatkan karena adanya sel mikroba mengalami dehidrasi
diikuti dengan pembakaran pelan-pelan atau proses oksidasi. Sterilisasi larutan
ringer laktat dilakukan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 30
menit, dimana pada suhu tersebut selama 30 menit mikroba akan mati.
Evaluasi untuk
sediaan infus dilakukan pemeriksaan pH, kebocoran, kejernihan, partikel asing,
dan keseragaman bobot atau volume.
1. Uji pH
Uji pH ini bertujuan unttuk mengetahui sifat ke
asam-basaan dari sediaan infus Ringer laktat yang dibuat. Uji pH ini berkaitan
dengan stabilitas obat dan keamanan dalam penggunaan. Hasil rata-rata dari 3x
replikasi pH larutan yang didapat yaitu 7. Ini berarti memenuhi untuk pH
sediaan parenteral yaitu antara 5 sampai 7 karena pH tersebut isohidris dengan
nilai pH darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu keadaan dimana pH
larutan sama dengan pH darah ataupun cairan tubuh. Namun jika dalam uji ini
belum memenuhi persyaratan pH maka perlu dilakukan penyesuaian pH agar memenuhi
syarat. Jika terlalu asam, maka bisa ditambah larutan NaOH 0,1 N. Dan jika
terlalu basa dapat ditambah larutan HCl 0,1 N. Tujuan dari pengaturan pH ini
adalah untuk meningkatkan stabilitas obat. Selain itu juga untuk mencegah
adanya rangsangan atau rasa sakit sewaktu disuntikkan. Karena jika terlalu
tinggi dapat menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan jika terlalu rendah maka
menyebabkan rasa sakit sewaktu disuntikkan.
2. Uji kebocoran
Tujuan dilakukan uji kebocoran adalah untuk mengetahui
apakaha ada kebocoran atau tidak pada kemasan. Kaitan dari uji kebocoran ini
adalah sterlilitas sediaan, dan volume sediaan. Uji ini dilakukan dengan
membalikkan botol infus sehingga posisi tutup dibawah. Jika terdapat kebocoran,
maka dapat berbahaya karena lewat lubang atau celah tersebut dapat menyebabkan
masuknya mikroorganisme atau kontaminan lain yang berbahaya. Selain itu, isi
infus juga dapat bocor keluar dan merusak penampilan kemasan. Dari hasil uji
yang dilakukan, didapat bahwa tidak ada kebocoran.
3. Uji partikel asing
Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui
apakah ada partikel dalam larutan. Partikel asing tersebut merupakan
partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan dan zat
kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah.
Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam
organ vital tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan
menerawang sediaan pada sumber cahaya. Dari hasil uji ini didapat bahwa tidak
terdapat partikel asing dalam infus. Jika terdapat partikel asing bisa terjadi
karena sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan.
4. Uji kejernihan
Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk
mengetahui kejernihan dari larutan infus yang dibuat. Kejernihan adalah suatu
batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif
dari pengamat. Dari pemeriksaan yang dilakukan diperoleh bahwa larutan infus
yang dibuat memenuhi syarat kejernihan. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan
( kecuali suspensi dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam
larutan jernih.
5. Uji keseragaman bobot atau volume
Tujuan dari uji keseragaman bobot atau volume adalah
untuk mengetahui volume larutan infus apakah tetap atau berubah antara sebelum
dan sesudah proses sterilisasi dan apakah ada penyusutan. Pengujian keseragaman
volume berkaitan dengan uji kebocoran. Untuk injeksi dalam bentuk cairan,
volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan.
Dari pengujian ini didapatkan hasil yaitu terdapat penyusutan. Sehingga dapat
dikatakan tidak memenuhi keseragaman volume, yaitu 99 ml setelah sterilisasi
volumenya menjadi 98 ml.
KESIMPULAN
· Fungsi Infus Ringer Laktat adalah untuk mengisi cairan
yang hilang setelah kehilangan darah atau kekurangan elektrolit
· Pembuatan Infus Ringer Laktat harus steril bebas pirogen
· Uji pH telah dipenuhi yaitu antara pH 5 sampai 7, pH dari
infus ini adalah 7
· Pada uji kebocoran larutan ringer laktat dalam wadah
diperoleh hasil wadah tidak bocor.
· Uji kejernihan sediaan ringer laktat memberikan hasil
yang jernih.
· Uji partikel asing menghasilkakn tidak terdapat partikel
asing yang berada dalam infus.
· Uji keseragaman volume didapat adanya penyusutan setelah
sterilisasi.
DAFTAR PUSTAKA
· Agoes, Goeswien. 2009. Sediaan farmasi steril. Bandung: Penerbit ITB
·
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farm
0 komentar:
Post a Comment