KLT
Kromatografi
lapis tipis klt silika gel merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel
yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran.[1]
Prinsip
Prinsip
kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan
pelarut yang
digunakan.[1]
Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.[1]
Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen.[1]
Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin
terbawa oleh fase gerak tersebut.[2]
Proses
berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi.[1]
Tahapan ini sangat penting karena diperlukan suatu keterampilan
dalam memilih metode
yang tepat karena harus disesuaikan
dengan jenis sampel yang sedang di uji.[1]
Salah satu yang dipakai adalah penyemprotan dengan larutan ninhidrin.[3]
Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) adalah suatu larutan yang akan
digunakan untuk mendeteksi adanya gugus amina.[3]
Apabila pada sampel terdapat gugus amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi
berwarna ungu.[3]
Biasanya padatan ninhidirn ini dilarutkan dalam larutan butanol.[3]
Nilai Rf
Jarak
antara jalannya pelarut bersifat relatif.[4]
Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot
yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda.[4]
Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar
sampel.[4]
Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga
nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.[4]
Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut[4] :
Rf =
Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Semakin
besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa
tersebut pada plat kromatografi lapis tipis.[5]
Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang
sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent
polar dari plat kromatografi lapis tipis.[5]
Nilai
Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa.[5]
Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat
dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau
mirip.[5]
Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan
senyawa yang berbeda.[5]
Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert.
KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan
untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya
adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar,
selain kromatografi kertas.
Peralatan KLT
Kromatografi
lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika
gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan
sebagai fasa diam.
Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error.Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.
Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error.Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.
Faktor Retensi
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah:
Nilai Rf sangat
karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa
yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu
juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa
yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai
Rf yang rendah.
Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
Cara Menggunakan KLT
KLT sangat
berguna untuk mengetahui jumlah komponen dalam sampel. Peralatan yang digunakan
untuk KLT adalah chamber (wadah untuk proses KLT) , pinset, plat KLT,
dan eluen. Inilah langkah-langkah memakai KLT:
- Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1 cm. Berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.
- Buat garis dasar (base line) di bagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat, dan garis akhir di bagian atas.
- Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan sejajar, tepat di atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut tertentu. Keringkan totolan.
- Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam chamber dan campurkan.
- Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh ulen. Tutuplah chamber.
- Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana pemisahan akan terlihat.
- Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset, keringkan dan ukur jarak spot. Jika spot tidak kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak terlihat, semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat atau ninhidrin.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ni.
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan
mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis
cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat dipakai dengan
dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil
kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki sistem
pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau
kromatografi cair kinerja tinggi (Gritter et al, 1991).
KLT dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida
dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga
dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi
yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk
pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan
lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan
pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh
dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk
senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf
dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal
dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu
bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
Pelaksanaan
KLT
1.
Fase Diam
Fase diam yang digunakan
dalam KLT merupakan penjerap berukuran
kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata
partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin
baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Penjerap yang paling
sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi
yang utama pada KLT adalah adsorpsi
dan partisi
(Gandjar & Rohman, 2007).
2.
Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat
dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang
diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2
pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur
sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah
beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
1.
Fase gerak harus mempunyai kemurnian
yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif.
2.
Daya elusi fase gerak harus diatur
sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan
pemisahan.
3.
Untuk pemisahan dengan menggunakan
fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan
kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan
pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non
polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan
(Gandjar & Rohman, 2007).
Tabel 2.1. Beberapa Sistem Pemisahan dengan KLT dari Bahan Alam
(Gibbons, 2006)
Eluen
|
Fase Diam
|
Keterangan
|
Heksan : Etil asetat
|
Silika Gel
|
Sistem umum yang digunakan
|
Petrol : Dietileter
|
Silika Gel
|
Sistem umum yang digunakan untuk senyawa
nonpolar seperti terpen dan asam lemak
|
Petrol : Kloroform
|
Silika Gel
|
Berguna untuk pemisahan derivat asam
sinamat dan kumarin
|
Toluen : Etil asetat : Asam asetat (TEA)
|
Silika Gel
|
Komposisi 80:18:2 v/v atau 60:38:2 v/v
baik untuk pemisahan metabolit asam
|
Kloroform : Aseton
|
Silika Gel
|
Sistem umum untuk produk dengan polaritas
sedang
|
n-Butanol : Asam Asetat : Air
|
Silika Gel
|
Sistem polar untuk flavonoid dan
glikosida
|
Metanol : Air
|
C18
|
Dimulai dengan metanol 100% dilanjutkan
dengan penambahan konsentrasi air
|
Asetonitril : Air
|
C18
|
Sistem umum Reverse phase
|
Metanol : Air
|
Selulosa
|
Memisahkan senyawa dengan kepolaran
tinggi seperti gula dan glikosida
|
3.
Penotolan Sampel
Untuk memperoleh
roprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 μl. Jika
volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 μl, maka penotolan harus
dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan (Gandjar
& Rohman, 2007).
4.
Pengembangan
Bila sampel telah
ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah mengembangkan sampel dalam bejana
kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhi dengan uap fase gerak. Tepi bagian
bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan kedalam fase gerak
kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng
yang telah berisi totolan sampel.
Bejana kromatografi harus
tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak sedikit mungkin, akan tetapi harus mampu
mengelusi lempeng sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Untuk
melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring.
Jika fase gerak telah mencapai ujung dari kertas saring, maka dapat dikatakan
bahwa fase gerak telah jenuh (Gandjar & Rohman, 2007).
5.
Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLT
dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia yang biasa digunakan adalah
dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan
sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk
menampakkan bercak adalah dengan cara pencacahan radioaktif dan fluorosensi
sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang
dapat berfluorosensi, membuat bercak akan terlihat jelas (Gandjar & Rohman,
2007).
Deteksi
senyawa dilakukan dengan menggunakan detektor UV di bawah sinar UV 254 nm,
indikator pada plat KLT akan memancarkan warna hijau dan pada UV 366 nm akan
memancarkan warna ungu. Komponen yang menyerap cahaya pada 254 atau 366 nm akan
tampak sebagai bercak gelap pada plat yang bercahaya (Gibbons, 2006). Metode
deteksi lain adalah dengan menggunakan pereaksi semprot. Pereaksi semprot yang
umum digunakan dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Beberapa Jenis Pereaksi Semprot untuk KLT (Gibbons, 2006)
Pereaksi
semprot
|
Komposisi
|
Perlakuan
|
Keterangan
|
Vanilin asam
sulfat
|
1 gram vanilin
dalam asam sulfat pekat
|
Disemprot dan
dipanaskan hingga muncul warna
|
Pereaksi umum
yang digunakan. Terpen akan menghasilkan warna merah atau biru
|
Asam
fosfomolibdat
|
Asam
fosfomolibdat 5% b/v dalam etanol
|
Disemprot dan
dipanaskan hingga muncul warna
|
Untuk
mendeteksi terpen dengan bercak biru berlatar kuning
|
Reagen
Dragendorff
|
10 mL larutan
KI 40% ditambahkan dengan 10 mL larutan 0,85 gram bismuth subnitrat dalam 10
mL asam asetat dan 50 mL air. Larutan tersebut diencerkan dalam 10 mL asam
asetat dan 50 mL air
|
Jika reaksi
tidak spontan maka diperlukan pemanasan
|
Deteksi
alkaloid menghasilkan warna oranye pekat hingga merah
|
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Berbagai
metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat di laboratorium
kimia. Gagasan dasarnya sederhana untuk dipahami, caranya beragam, mulai dari
cara sederhana sampai yang agak rumit dari segi kerja dan peralatan, dan metode
ini dipakai untuk setiap jenis senyawa. Metode ini pemanfaatannya secara luas
untuk pemisahan analitik dan preparatif.
Kromatografi
lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama, digunakan secara luas,
terutama dalam analisis campuran yang rumit dari sumber alam. Kromatografi
lapis tipis lebih unggul bila sejumlah kondisi pemisahan yang berbeda-beda
diperlukan untuk menangani penetapan kadar seluruh cuplikan, karena sejumlah
bejana pengembang yang berisi berbagai sistem pelarut dapat lebih hemat
dipakai. Keuntungan lain, tiadanya gangguan pelarut pada penyelidikan secara
fotometri karena pelarut sebagai fase gerak telah diuapkan.
Pemisahan
secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat
fisika umum dari molekul, pada sistem kromatografi, campuran yang akan
dipisahkan ditempatkan dalam keadaan sedemikian rupa sehingga
komponen-komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut yaitu
kelarutan, adsorbsi, dan keatsirian.
I.2 Maksud dan
Tujuan
I.2.1 Maksud
Percobaan
Untuk
mengetahui dan memahami cara-cara pemisahan dan identifikasi kation dan anion
dengan menggunakan kromatografi lapis tipis.
I.2.2 Tujuan
Percobaan
Memisahkan dan
mengidentifikasi kation dan anion yang terdapat dalam suatu sampel dengan
metode KLT.
I.3 Prinsip
Percobaan
Penentuan
jenis kation dan anion yang terkandung dalam suatu sampel dengan metode KLT
berdasarkan kecepatan partisi dan adsorbsi dari zat uji ke dalam eluen dengan
parameter nilai Rf dari noda yang terbentuk.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Teori
Umum
Kromatografi lapis tipis adalah metode kromatografi cair yang paling
sederhana. Pada Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas serupa dalam
hal fase diamnya berupa lapisan tipis dan fase geraknya mengalir karena kerja
kapiler. Perbedaannya dalam sifat dan fungsi fase diam. Pada KLT, fase cair
lapisan tipis (tebal 0,1-2 mm) yang terdiri dari bahan padat yang dilapiskan kepada
permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, tapi dapat pula
terbuat dari pelat polimer atau logam. Lapisan melekat kepada permukaan dengan
bantuan bahan pengikat, biasanya CaSO4 atau amilum (pati) (1).
Pada
KLT, zat penyerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada
lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan lempeng kaca.
Lempeng yang umumnya dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan
pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi, partisi atau kombinasi
kedua efek, tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan dan jenis
pelarut yang digunakan (2).
KLT
dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar.
Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga Rf yang
identik dan ukuran hampir sama, dengan menotolkan zat uji dan baku pembanding
pada lempeng yang sama. Perbandingan visual ukuran bercak yang dapat digunakan
untuk memperkirakan kadar secara semikuantitatif (2).
Titik
tempat campuran ditotolkan pada ujung pelat atau lembaran disebut titik awal
dengan cara menempatkan cuplikan itu disana disebut penotolan. Garis depan
pelarut adalah bagian atas fase gerak atau pelarut ketika ia bergerak melalui
lapisan, dan setelah pengembangan selesai , merupakan tinggi maksimum yang
diperoleh pelarut. Perilaku senyawa tertentu di dalam sistem kromatografi
tertentu dinyatakan dengan harga Rf. Angka ini diperoleh dengan membagi jarak
yang ditempuh oleh bercak linarut dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan
pelarut. Keduanya diukur dari titk awal dan harga Rf beragam mulai dari 0
sampai 1 (1).
Ada
dua metode kuantitasi analit dalam KLT (cocok untuk bahan anti radioaktif).
Pertama melibatkan sejumlah cara pengukuran langsung pada lempeng seperti
pengukuran luas, perbandingan keterlihatan, atau densitometri. Kedua melibatkan
pergerakan analit dari lempeng, diikuti dengan tahap kuantitasi. Masing-masing
metode mempunyai keuntungan dan kerugian dan mempunyai kedudukan tersendiri
dalam KLT kuantitatif. Teknik ini terutama ditekankan pada densitometri (3).
II.2
Uraian Bahan
- Asam asetat (4 ; 41)
Nama resmi : Acidum
aceticum
Sinonim : Asam cuka
RM / BM : CH3COOH
/ 60,05
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam tajam.
Kelarutan : Dapat
bercampur dengan air, dengan etanol 95 % Pdan dengan gliserol P.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat
tambahan
Kegunaan : Pereaksi
- Benzen (4 ; 658)
Nama resmi : Benzen
Sinonim : Benzena
RM / BM : C6H6
/ 78,11
Pemerian : Cairan tidak berwarna,
transparan, mudah terbakar.
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan :
Pereaksi/eluen
- Kloroform (4 ; 151)
Nama resmi : Chloroform
Sinonim : Kloroform
RM / BM : CHCl3 /
119,38
Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak
berwarna, bau khas,rasa manis dan
membakar.
membakar.
Kelarutan : Larut
dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah larut
dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian
besar pelarut
organik, dalam minyak atsiri dan dalam
minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik, bersumbat kaca, terlindung
dari cahaya.
Khasiat : Anestetik umum,
pengawet, zat tambahan
Kegunaan :
Reagensia/eluen
- Karbon tetraklorida (4 : 695)
Nama resmi : Karbon
tetraklorida
RM / BM : CCl4 /
153,82
Pemerian
: Cairan jernih mudah menguap, tidak berwarna, baukhas.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan
etanol mutlak dan dengan eter.
Penyimpanan : Dalam wadah
bersumbat kaca.
Khasiat : Sebagai obat bius
Kegunaan
: Reagensia/eluen
- Asam nitrat (4 : 650)
Nama resmi : Acidum nitricum
Sinonim : Asam nitrat
RM / BM : HNO3 /
63,01
Pemerian : Cairan berasap, sangat korosif,
bau khas sangat merangsang.
Kelarutan : Larut dalam air.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Pereaksi
- Dithizone (4 : 671)
Nama resmi : Difenilkarbazon
Sinonim : Difeniltiokarbazon
RM / BM : C6H5N=NCSNHNH5H6
/ 256,32
Pemerian : Serbuk halus, kristal hitam.
Kelarutan : Larut
dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup, bersuhu sejuk.
Khasiat : Pereaksi spesifik
Kegunaan : Pereaksi
- Parasetamol (4 : 37)
Nama resmi :
Acetominophenum
Sinonim :
Acetominofan, Parasetamol
RM / BM : C8H9NO2
/ 151,16
Pemerian : Hablur atau serbuk
hablur putih; tidak berbau; rasa pahit
Kelarutan : Larut
dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%)p, dalam 13 bagian aceton p,
dan dalam 40 bagian gliserol p
Penyimpanan : dalam
wadah tertutup baik, berlindung dari cahaya
Kegunaan : sebagai
sampel
- Asetosal (4 : 43)
Nama resmi : Acidum
acetylsalicylicum
Sinonim : Asetosal,
Asam asetil salisilat
RM / BM : C9H8O4
/ 180,16
Pemerian : Hablur
tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak
berbau atau hamper
tidak berbau; rasa asam
Kelarutan : Agak
sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) p; larut dalam kloroform
p dan dalam eter p
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai
sampel
- Asam salisilat (4 : 56)
Nama resmi : Acidum
salycylicum
Sinonim : Asam
salisilat
RM / BM : C7H6O3
/ 138,12
Pemerian : Hablur
ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hamper tidak berbau; rasa
agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut
dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) p; mudah larut dalam
kloroform p dan dalam eter p; larut dalam larutan ammonium asetat p,dinatrium
hidrogenfosfat p, kalium sitrat p dan natriumsitrat p
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Khasiat :
Keratolitikum, anti fungi
Kegunaan : Sebagai
sampel
- Antalgin (4 : 369)
Nama resmi :
Metampyronum
Sinonim : Metampiron,
Antalgin
RM / BM : C13H16N3N4O4S.H2O
/ 357,37
Pemerian : Serbuk
hablur putih atau putih kekuningan
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
- Sulfadiazin (4 : 579)
Nama resmi :
Sulfadiazinum
Sinonim : Sulfadiazin
RM / BM : C10H10N4O2S
/ 250,27
Pemerian : Serbuk putih, putih
kekuningan atau putih agak merah jambu; hampir tidak berbau, tidak lama
Kelarutan : Praktis tidak larut
dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) p dan aseton p
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai
sampel
- Kafein (4 : 125)
Nama resmi : Coffein
Sinonim : Kafein
RM / BM : C6H10N4O2
/ 197,19
Pemerian : Serbuk atau hablur
bentuk jarum, mengkilat, biasanya menggumpal putih; tidak berbau; rasa pahit
Kelarutan : Agak sukar larut
dalam air dan dalam etanol (95%) p;mudah larut dalam kloroform p; dan sukar
larut dalam eter p
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai
sampel
II.3 Prosedur
Kerja
Buatlah eluen benzena-CCl4 dan benzena-kloroform dengan perbandingan
10:1. Buatlah sampel 0,1 % sebanyak 10 ml dengan air suling. Siapkan chamber
dan jenuhkan dengan eluen yang akan digunakan. Tambahkan beberapa tetes asam
asetat sampai pH 5 dengan menggunakan kertas pH universal. Buatlah 10 ml
larutan ditizon 0,1 % dalam kloroform. Masukkan sampel dengan corong pisah,
kemudian masukkan juga larutan ditizon 0,1 %. Kocok dengan sekali-kali tutupnya
dibuka. Kemudian diamkan beberapa saat agar terpisah dengan baik. Pisahkan
larutan, kemudian yang berada di bagian bawah masukkan lagi ke dalam corong
pisah. Masukkan 10 ml HNO3 0,02 N dalam corong pisah, lalu kocok
dengan sekali-sekali tutupnya dibuka, kemudian diamkan dan pisahkan. Tampung
larutan bagian bawah dalam botol vial dan totolkan pada lempeng kemudian elusi.
Catat spot yang terbentuk dan hitung nilai Rf yang terbentuk.
BAB III
METODE
KERJA
III.1 Alat dan
Bahan
III.1.1
Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Botol eluen, Corong
pisah, Gelas chamber dan penutupnya, Gelas phiala, Gelas ukur 10 ml, Lempeng
kromatografi (silika gel), Penotol, Pinset, Vial
III.1.2
Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Air suling, Eluen
Benzena-CCl4 10:1, Etanol 95 % , Kertas saring, Kertas pH, Larutan
asam nitrat 0,02 N, Larutan Dithizon 0,1 % dalam kloroform
III.2
Cara Kerja
- Dibuat eluen benzena-CCl4 dengan perbandingan 10:1
- Disiapkan chamber dan dijenuhkan dengan eluen benzena-CCl4
- Dibuat sampel 0,1 % sebanyak 10 ml dengan air suling
- Diukur pH larutan sampel dengan kertas pH
- Dimasukkan ke dalam corong pisah sampel dan larutan ditizon 0,1 % dalam kloroform sebanyak 10 ml. Dikocok dengan sekali-kali tutupnya dibuka. Lalu larutan didiamkan beberapa saat agar terpisah dengan baik.
- Larutan dipisahkan.
- Larutan yang berada dibawah dimasukkan lagi ke dalam corong pisah
- Dimasukkan ke dalam corong pisah 10 ml HNO3 0,02 N dalam corong pisah, lalu dikocok dengan sekali-sekali tutupnya dibuka, kemudian didiamkan dan dipisahkan.
- Ditampung larutan di bagian bawah dalam botol vial dan ditotolkan pada lempeng kemudian dielusi.
- Dicatat spot yang terbentuk dan dihitung nilai Rf yang terbentuk.
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
pengamatan
IV.1.1
Data Pengamatan
No.
|
Jumlah noda
|
Kode zat
|
Warna noda
|
Jarak noda
|
Jarak eluen
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
1
2
2
2
3
|
I
X
Y
S
R
|
Merah muda
Coklat
Coklat muda
Merah muda
Coklat
Ungu
Merah muda
Orange
Coklat
Merah muda
|
3,2
0,9
4,8
3,2
4,0
4,6
3,8
4,8
4,5
3,7
|
5,5
5,5
5,5
5,5
5,5
5,5
5,5
5,5
5,5
5,5
|
IV.1.2
Perhitungan
Jarak yang ditempuh oleh noda
Rf =
Jarak yang ditempuh oleh eluen
Kode sampel I
Rf = 3,2 / 5,5
Rf = 0,581 (noda merah muda)
Jarak yang ditempuh oleh eluen
Kode sampel I
Rf = 3,2 / 5,5
Rf = 0,581 (noda merah muda)
Kode sampel X
Rf = 0,9 / 5,5
Rf = 0,163 (coklat)
Rf = 0,9 / 5,5
Rf = 0,163 (coklat)
Rf =4,8 / 5,5
Rf = 0,872 (coklat muda)
Rf = 0,872 (coklat muda)
Kode sampel Y
Rf = 3,2 / 5,5
Rf = 0,581 (merah muda)
Rf = 0,581 (merah muda)
Rf = 4,0 / 5,5
Rf = 0,727 (coklat)
Kode sampel S
Rf = 4,6 / 5,5
Rf = 0,836 (ungu)
Rf = 0,836 (ungu)
Rf = 3,8 / 5,5
Rf = 0,690 (merah muda)
Kode sampel R
Rf = 4,8 / 5,5
Rf = 0,873 (orange)
Rf = 0,873 (orange)
Rf = 4,5 / 5,5
Rf = 0,818 (coklat)
Rf = 3,7 / 5,5
Rf = 0,627 (merah muda)
IV.2
Pembahasan
Pada
percobaan ini dilakuakan pengidentifikasian kation dan anion dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis berdasarkan kecepatan partisi dan adsorbsi dari zat
uji ke dalam eluen dengan parameter Rf dari noda yang terbentuk. Lempeng yang
digunakan menggunakan adsorben yang terbuat dari silika gel.
Peralatan
yang digunakan pada KLT ini meliputi suatu lempeng tipis. Dengan batuan alat
ini bahan sorben dapat dibuat rata pada pelat dan dapat dilapiskan dengan
ketebalan yang diinginkan. Pelat ini memungkinkan sejumlah larutan diperiksa
dan larutan pembanding ditotolkan padab titik awal. Selain pelat juga digunakan
bejana kromatografi dari bahan tembus cahaya dengan tutup rapat. Bejana
dilapisi kertas saring dan sejumlah besar fase gerak dituangkan untuk
penjenuhan kertas dan pada dasar bejana diisi dengan pelarut pengembang
setinggi 1,5 ml. Ditutup dan dibiarkan jenuh dengan eluen.
Adsorben
yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis tipis adalah silika gel
dan aluminium oksida. Silika gel umumnya mengandung bahan tambahan kalsium
sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya. Silika gel digunakan sebagai adsorben
untuk kromatografi senyawa-senyawa netral, asam dan basa. Selain itu silika gel
mempunyai efek pemisahan melalui proses adsorbsi dan partisi.
Larutan
zat uji ditotolkan 2,5 cm dari bawah dan minimum 2 cm dari sisi pelat,
sedemikian rupa sehingga terjadi noda teratur yang maksimum berdiameter 6 mm,
tetapi pada percobaan ini syarat tersebut tidak diperhatikan sehingga lempeng
yang digunakan lebernya sangat kecil. Penotol yang digunakan sebaiknya
berdiameter 0,1 mm – 1 mm, sehingga larutan zat uji yang digunakan juga sesuai
dengan apa yang diinginkan.
Setelah ditotolkan, pelat diuapkan. Lalu pelat diletakkanvertikal dalam
bejana kromatografi dan titik awal harus tetap berada disebelah atas permukaan
fase mobil. Bejana ditutup dan disimpan pada suhu 20 – 25 oC. Jika
fase gerak sudah melewati trayek yang diberikan dalam monografi, pelat
dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan diudara. Cara pengembangan pada KLT
adalah menaik.
Untuk
KLT dapat digunakan metode identifikasi dengan menggunakan pereaksi kimia.
Pereaksi yang sering digunakan asam sulfat pekat dalam bentuk yang
disemprotkan. Akan terbentuk noda gelap senyawa yang dipisahkan karena terjadi
pengarangan. Tetapi pada praktikum ini tidak digunakan pereaksi karena senyawa
yang ingin dipisahkan sudah berwarna.
Harga
Rf merupakan parameter karasteritik kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada
kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karasteristikdan
reproduksibel. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa
dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Harga Rf
dipengaruhi oleh faktor berikut :
- Pelarut yang digunakan
- Bahan pengemban (jenis dan ketebalan lapisan).
- Suhu.
- Kejenuhan ruangan akan pelarut.
- Kelembaban udara.
- Konsentrasi dan komposisi larutan yang diperiksa.
- Panjang trayek migrasi.
- Senyawa asing dan pencemaran pelarut.
- Ketidakhomogenan lempeng.
Berdasarkan
faktor-faktor diatas, maka kesalahan dalam melakuakn peraktikum ini tetap mesti
ada. Misalnya suhu udara padasaat praktikum dan kelembaban udara, karena pada
saat praktikum diluar hujan. Selain itu Cuma digunakan satu jenis adsorben,
sehingga pemisahan yang dilakukan kurang teliti karena harga Rf-nya dan warna
bercak mungkin saja bisa sama.
BAB VI
PENUTUP
VI.1
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah
No.
|
Kode sampel
|
Sampel yang
digunakan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
I
X
Y
S
R
|
CaCl2
Semua zat
Pb asetat
NaCl
ZnCl2
|
VI.2 Saran
Agar di dalam
praktikum ini eluen yang digunakan berbagai jenis dan perbandingan serta lempeng
yang digunakan mempunyai fase diam yang berbeda-beda misalnya alumin dan
selulosa, sehingga hasil yang diinginkan lebih teliti.
DAFTAR PUSTAKA
- Gritter, J.R., dkk., (1991), “ Kromatografi “, Penerbit Institut Teknologi Bandung, 1, 6, 8.
- Ditjen POM., (1995), “ Farmakope Indonesia “, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 45, 46, 50, 1002
- Munson, J.R., (1991), “ Analisis Farmasi”, Bagian B, Airlangga University Press, Surabaya, 125, 128.
- Ditjen POM., (1979), “ Farmakope Indonesia “, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 41, 658, 151
- Svehla, G., (1985), “ VOGEL : Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro “, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis adalah kromatografi menggunakan lapis
tipis, yaitu lapisan adsorben yang melekat pada pelat iner, miasalnya kaca,
alumanium atau pelat polyester.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) di gunakan untuk analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Mekanisme pemisahan komponen berdasarkan adsorbsi
atau partisi.
Cara kerja KLT hamper sama dengan kromatografi kertas. Dibandingkan
dengan kromatografi kertas, KLT mempunyai beberapa keunggulan yaitu :
1. Pemisahan berjalan relative lebih cepat.
2. Sensitive artinya walaupun konsentrasi zat uji kecil masih dapat di
deteksi.
3. KLT mempunyai daya resolusi yang tinngi, sehingga pemisahan lebih
sempurna dan terlokalisir baik.
A. Adsorben
Adsorben yang umum di gunakan antara lain
silica gel, alumina, tanah diatomeae. Silica gel bersifat asam, di gunakan
untuk pemishan komponen zat uji
berdasrkan adsorbdi atau partisi asam, digunakan untuk pemisahan komponenzatuji
berdasarkan adsorbs. Tanah diatomeae bersifat netral, digunakan sebagai
penyangka pada kromatografi untuk pemisahan komponen zat uji berdasarkan
partisi.
B. Sietem
Pelarut
System pelarut yang digunakan untuk
eluasi akan mempengaruhi hasil pemisahan komponen zat uji. System pelarut
tersebut umumnya sudah tertera pada metode dalam literature.
C. Lempeng
Lempeng atau pelat iner adalah tempat
melekatanya lapisan adsorben. Ukuran lempeng yang di gunakan yang digunakan
biasanya 2020 cm dan 2010 cm dengan ketebalan lapisan adsorben 250 mikrometer. Lempeng
dalam bentuk jadi sudah ada di pasaran, tetapi lempeng dari gelas dapat di buat
sendiri.
D. Prosedur
/ Cara Kerja Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Siapkan peralatan
2. Siapkam plate KLT (Gelas, Plastik, Logam)
3. Buat jaraj penotolan dari batas bawah
plate
4. Buat jarak rambat (eluasi)
5. Totolkan sample dan bahan pembanding pada
plate
6. Masukkan pelarut (eluen) ke dalam chamber
7. Lakukan eluasi sampai batas yang
diinginkan
8. Angkat dan keringkan
9. Identifikasi sample & bahan
pembanding dengan sinar UV / direaksikan dengan bahan kimia
10. Hitung nilai Rf
Urutan Prosedur Kerja
Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
-
Penyiapan
lempeng
Lempeng dengan lapisan yang sesuai dengan
metode, di aktifkan.
-
Penotolan
larutan zat uji pada lempeng
Larutan zat uji dan larutan zat uji dan
larutan baku pembanding di totolkan pada lempeng yang telah di aktifkan,
menggunakan pipa kapiler atau syringe sejumlah volume sesuai yang tertera dalam
metode
-
Eluasi
/ pemisahan komponen- komponen zat uji
Lempeng yang telah di totoli larutan zat
uji dan larutan baku pembanding, di elusi dengan system pelarut yang tertera
dalam metode
-
Deteksi
bercak komponen - komponen zat uji
Bercak dari komponen zat yuang berwana
dapat langsung di lihat
Bercak dari komponen zat yang tidak
berwarna, ddi gunakan dengan cara berikut :
a. Cara
Fisika
Bercak komponen di sinari lampu
ultraviolet pada 254 nm dan 366 nm
b. Cara
Kimia
Bercak komponen di semprot dengan
pereaksi kimia tertentu dan terjadi warna
Perhitungan
Nilai Rf
Perhitungan nilai Rf pada KLT sama dengan
penentuan harga Rf pada kromatografi kertas. Harga Rf tersebut dapat di gunakan
untuk identifikasi.
Untuk memudahkan indentifikasi senyawa -
senyawa yang muncul pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang di tempuh oleh
pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing- masing.
Nilai Rf untuk setiap warna di hitung dengan rumus sebagai berikut :
Rf = Jarak yang di
tempuh oleh komponen
Jarak yang di tempuh oleh pelarut
Untuk
tujuan penetuan kadar, bercak komponen yang di perolehdi kerok, lalu di
larutkan dalam pelarut yang cocok dan di analisis dengan metode yang cocok,
misalnya spektrofotometri. Satu cara telah di kembangkan di mana bercak
komponen di analisis tanpa di kerok dahulu, cara tersebut di namakan
densitometry.
0 komentar:
Post a Comment