MAKALAH teknologi sediaan galenik
Tanaman Yang Menghasilkan Minyak
Atsiri
GANDAPURA (.)
NAMA :
JODI SETIAWAn
NIM : 12080116
KELAS : 3C
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
DIII FARMASI
TAHUN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ Minyak Atsiri Gandapura dan Mawar”.
Makalah ini
ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi minyak atsiri yang diampu
oleh Ibu Rizky Febriyanti S Farm Apt. Terselesaikannya makalah ini juga tidak
lepas dari dukungan, dorongan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, melalui mkalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat baik langsung maupun tidak dalam penulisan makalah ini, terutama
kepada:
1. Ayah dan Ibu
kami yang senantiasa mendoakan atas kesuksesan kami.
2. Ibu Rizky
Febriyanti selaku dosen pengampu mata kuliah galenikn yang selalu memberikan
bimbingan kepada kami, dan
3. Semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Hanya sang maha
mutlaklah yang mampu mendengar dan membalas atas kebaikan dari pihak-pihak
tersebut. Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari adanya kekurangan
dan kesalahan. Oleh sebab itu nasehat serta kritik dan saran selalu penulis
terima dan harapkan demi proyeksi perbaikan makalah ini ke depan. Akhir kata
penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkan.
Tegal, 25 November
2011.
Penyusun
A.
Minyak Atsiri Gandapura
1. Klasifikasi Tanaman Tanaman gandapura dalam
ilmu taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas :
Dilleniidae
Ordo : Ericales
Famili :
Ericaceae
Genus :
Gaultheria
Spesies :
Gaultheria fragrantissima
Pendahuluan
Tanaman
gandapura banyak dikenal di Jawa dengan sebutan kakapasan, kaworo, regula,
rewulow, waron, kastore, atau bukal, sedangkan di Sumatera orang menyebutnya
sebagai gandapura. Kesturi merupakan tanaman semak berumur panjang yang tumbuh
tegak, bercabang sedikit dan memiliki tinggi 0,5 m – 2,5 m dengan batang bulat
berambut kasar. Kapasan dapat ditemukan tumbuh liar di tempat- tempat terbuka,
tanah kososng atau tersebar di kebun-kebun sampai ketinggian 650 m di atas
permukaan laut. Daunnya tunggal bertangkai panjang, helaian daun berbagai lima
yang sangat dalam dengan panjang 6 cm – 22 cm, kedua permukaan berambut kasar,
bertulang menjari, tepi bergerigi, berujung rincing dan berwarna hijau.
Gandapura merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup
potensial. Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran tinggi, 1.300 – 3.300 m dpl.,
(Oyen dan Dung, 1999) dan belum dikembangkan secara ekonomis karena belum
tersedia teknologi budidayanya yang tepat. Selama ini, daun dipanen dari
tumbuhan di daerah pegunungan yang ada di Jawa Tengah, terutama dari gunung
Lawu, Tawangmangu. Secara tradisional, tanaman ini dimanfaatkan untuk
analgesik, karminatif, diuretik, mengobati rematik, mencegah kerontokan rambut,
antiseptik dan antelmintik. Dalam industri, digunakan sebagai campuran untuk
pewangi dalam pembuatan minuman, parfum, obat, permen dan pasta gigi (Oyen dan
Dung, 1999). Bahkan daun yang telah difermentasi dapat dibuat sebagai teh
herbal (Oyen et al., 1999).
1.Daun yang
masih segar mempunyai bau yang sangat aromatis sehingga tanaman aromatis yang
mengandung atsiri bisa dimanfaatkan dalam bidang aromaterapi, farmasi, kosmetik
dan parfum (Shiva et al., 1996). Sementara karakteristik dari bahan baku yang
akan diproses untuk menghasilkan minyak adalah seperti yang ditunjukkan dalam
table berikut.
2. Sentra
Budidaya Negara penghasil wintergreen adalah Kanada dan Amerika Serikat, yang
tumbuh tersebar di daerah Newfounland, Manitoba, Minnesito sampai George dan
Alabama. Sedangkan di Indonesia tanaman gandapura banyak ditemukan di sekitar
hutan seperti gunung Dieng / gunung Lawu, Jawa Tengah.
3. Syarat Tumbuh
Tanaman wintergreen lebih sesuai tmbuh di daerah yang berhawa dingin dan tanah
berpasir, terutama bila dinaungi belukar dan pohon. Seperti telah dijelaskan di
atas bahwa tumbuhan gandapura dapat hidup atau tumbuh di tempat- tempat
terbuka, tanah kososng atau tersebar di kebun-kebun sampai ketinggian 650 m di
atas permukaan laut.
4. Pemanenan dan
pasca panen Terna gandapura diperoleh dengan cara mencari di sekitar hutan,
(banyak di gunung Dieng / gunung Lawu, Jawa Tengah) secara selektif artinya
memetik daun dan ranting yang sudah tua (hijau kecoklatan) dengan meninggalkan
bagian tanaman yang masih muda (daun dan ranting berwarna merah kehijauan).
Pada satu tanaman diambil 2/3 bagian tanaman, dan sisanya dibiarkan untuk
tumbuh berkembang lebih lanjut. Musim pencarian terna gandapura dilakukan hanya
8 bulan dalam setiap tahun, yakni pada akhir musim hujan sampai awal musim
hujan (Februari-September). Dengan demikian tanaman gandapura dapat berkembang
biak atau setidaknya tanaman gandapura yang sudah diambil sebagian ternanya
dapat bertunas kembali selama musim penghujan (4 bulan). Pengeringan terna
gandapura dilakukan selama 2-3 hari. Kemudian terna dicacah dan disuling pada
hari ke-4. Waktu penyulingan pada umumnya dilakukan sore hari sampai dini hari
(± 8-10 jam).
5. Teknik
Pengambilan Minyak Atsiri Beberapa metode yang dikemukakan dalam pengambilan
minyak atsiri tanaman gandapura adalah sebagai berikut:
a. dengan
maserasi kemudian disteam destilasi dari daun Gaultheria procumbens Linne
(familia : Ericaceae) atau dari kulit pohon Belula lenta Linne (familia :
Betulaceae).
b. destilasi
dari Wintergreen (familia : G. procumbens) dipotong kecil-kecil biarkan 12 jam
dalam air lalu minyak dipisahkan dengan steam. Minyak gandapura dihasilkan dari
daun dan gagang tanaman gandapura (Gaultheria sp.) melalui proses penyulingan.
Sementara penyulingan minyak gandapura lokal masih dilakukan secara
kecil-kecilan menggunakan alat yang sangat sederhana. Dalam percobaan ini,
Pembuatan ekstrak menggunakan 3 jenis pelarut, yaitu metanol, etil asetat dan
heksan. Daun gandapura mengandung minyak atsiri sekitar 1,2%, bila disuling
dalam keadaan segar kadar minyaknya hanya 0,5 – 0,8%, tetapi bila telah
dikeringkan dapat mencapai 1% (Heyne, 1987). Hasil ekstraksi dari masingmasing
pelarut juga menunjukkan adanya perbedaan, yaitu rendemen ekstrak tertinggi
dihasilkan oleh ekstrak methanol (12,50%) yang bersifat polar, diikuti oleh
ekstrak etil asetat (3,76%) dan heksan (1,99%). Penyulingan dilakukan secara
uap dan air dengan lama penyulingan 6 jam. Mutu bahan baku dianalisis, sesuai
ketentuan Materia Medika Indonesia (Depkes, 1989) terutama dalam penentuan
kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sari yang larut dalam air
dan alkohol. Proses lama pelayuan ternyata berpengaruh terhadap kadar minyak
atsiri yang dihasilkan (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa proses pelayuan
akan menguapkan air dan minyak secara bersamaan, sehingga semakin lama waktu
pelayuan akan menurunkan kadar air dan minyak yang dihasilkan. Hal ini berarti
bahwa sebaiknya daun dilayukan tidak terlalu lama. Bila daun disuling dalam
keadaan segar maka kadar minyak yang dihasilkan terlalu kecil, yaitu hanya 0,1%
(Heyne, 1987). Selain itu, lama pelayuan juga akan berpengaruh terhadap kadar
metil salisilat. Kualitas minyak atsiri sangat ditentukan oleh kandungan metil
salisilatnya sebagai komponen utama, semakin tinggi kadarnya akan semakin baik
kualitas minyak tersebut. 6. Nama Dagang dan Kegunaan Nama dagang minyak yang
dihasilkan dari penyulingan daun gandapura adalah wintergreen, : Methyl
Salicylate / Wintergreen oil / minyak gandapura / Gaultheria oil / Betula oil /
Oleum betulae. Kegunaan dari minyak gandapura adalah dalam produk makanan,
penambahannya tidak boleh terlalu berlebihan, karena minyak bersifat sangat
toksik. Persyaratan yang dianjurkan adalah 0,04% atau untuk campuran permen
sekitar 0,2 – 0,5 mg/100 mg (Oyen dan Dung, 1999). Produk-produk obat gosok,
terutama untuk pegal-pegal dan rematik yang menggunakan minyak gandapura
sebagai bahan campuran utama telah banyak beredar (Anonim, 2002). Cara
penggunaan minyak atsiri bisa dalam bentuk kompres (4 – 5 tetes atau 0,20 –
0,25 ml dicampur dengan air hangat atau dingin sebanyak sekitar 200 ml), minyak
untuk pijat (12 – 15 tetes atau 0,60 – 0,75 ml) dalam 30 ml minyak almon) dan
lotion (25 tetes atau 0,25 ml minyak dalam 60 g lotion netral (Anonim, 2003).
Selain itu, minyak atsiri gandapura bisa dimanfaatkan juga sebagai insektisida
atau insek repellent. Metode ekstraksi terhadap minyak atsiri akan berpengaruh
terhadap rasa, aroma, kenampakan dan komposisi kimia dari produk, seperti
minyak hasil penyulingan mempunyai bau dan aroma yang berbeda dengan minyak
hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik (Ravid et al., 1983).
0 komentar:
Post a Comment