Translate

Sunday, May 4, 2014

Karya tulis BAB I PENDAHULUAN



BAB  I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang Masalah
Dalam peristiwa belajar dan pembelajaran di kelas, seringkali terjadi bahwa walaupun siswa dibimbing oleh guru dengan bahan pelajaran, waktu, tempat dan metode yang sama, namun hasil atau prestasi yang diperoleh siswa itu berbeda-beda. Bahkan tidak jarang terjadi prestasi belajar siswa ada yang mempunyai perbedaan yang sangat mencolok.

Aktivitas belajar bagi setiap siswa tidak selamanya dapat berlangsung dengan lancar, tetapi kadangkala pula tersendat - sendat, kadang-kadang cepat memahami apa yang dipelajari , tidak jarang pula sulit untuk berkonsentrasi. Setiap individu memang tidak ada yang sama.
Siswa yang cerdas cenderung prestasi belajarnya baik. Akan tetapi sering pula dijumpai siswa yang memiliki prestasi tinggi sewaktu di SD, tetapi setelah berada di SMP dan SMA memiliki hasil belajar yang rendah. Kenyataan seperti ini disebabkan karena terdapat pula beberapa faktor yang berpengaruh, diantaranya adalah karena adanya berbagai masalah dalam belajar.
Namun sayang, banyak pelajar yang tidak mengerti faktor penyebab timbulnya masalah dalam belajar dan juga cara untuk mengatasi masalah tersebut. Akibatnya, banyak pelajar semakin malas untuk belajar karena ketidaktahuan mereka mengenai cara mengatasi masalah tersebut. Hal ini tentunya juga dapat mengakibatkan prestasi mereka akan selalu rendah.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka penulis berupaya menyusun suatu karya tulis dengan judul Pengaruh Kesulitan Belajar Terhadap Prestasi Siswa SMA Negeri 3 Tegal. Hal ini dimaksudkan sebagai tambahan pengetahuan dan juga informasi bagi pembaca khususnya penyusun sendiri.

A.      RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah makna belajar ?
2.      Apa pengaruh kesulitan belajar terhadap prestasi siswa?
3.      Apa saja penyebab timbulnya kesulitan dalam belajar ?
4.      Bagaimana cara mengatasi kesulitan  dalam belajar ?

B.       PEMBATASAN MASALAH
Dalam karya tulis ini, penulis hanya membatasi pengaruh kesulitan belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 3 Tegal.

C.       TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk memenuhi tugas akhir di SMA N 3 Tegal
2.      Ingin mengetahui penyebab timbulnya kesulitan dalam belajar dan cara mengatasinya
3.      Untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi belajar
4.      Untuk mengetahui pengaruh kesulitan belajar terhadap prestasi belajar siswa
5.      Menambah ketrampilan menulis kami untuk bekal studi di perguruan tinggi dan bekal memasuki lapangan kerja

D.      METODE PENGUMPULAN DATA
Metode studi pustaka / literatur
Kami mengambil beberapa sumber sebagi pedoman pembuatan karya tulis kami

E.       SISTEMATIKA PENULISAN
Karya tulis ini terdiri atas empat bab :
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Perumusan Masalah
C.     Pembatasan Masalah
D.    Tujuan Penulisan
E.     Metode Penulisan
F.      Sistematika Penulisan
BAB II            LANDASAN TEORI
A.    Definisi Belajar
B.     Pengertian Kesulitan Belajar
C.     Pengertian Prestasi Belajar

BAB III          PEMBAHASAN
A.    Faktor Penyebab Timbulnya Kesulitan dalam Belajar
B.     Pengaruh Kesulitan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
C.     Upaya Mengatasi Kesulitan dalam Belajar

BAB IV          PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Saran
















BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Definisi Belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa blajar adalah semata mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta – fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak – anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai pelatihan belaka seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak – anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Untuk menghindari ketidak lengkapan persepsi tersebut, penyusun akan melengkapi sebagian definisi mereka dengan komentar dan interpretasi seperlunya.
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila memengaruhi organisme.
Dalam penjelasan lanjutannya, pakar psikologi belaajr itu menambahkan bahwa pengalaman hidup sehari hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.
Reber dalam kamus susunanya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses yang memeroleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.
Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of  reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil praktik yang diperkuat. Daalm definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disorotiuntuk memahami proses belajar.
1.      Relatively permanent, yang secara umum menetap
2.      Response potentiality, kemampuan bereaksi
3.      Reinforced, yang diperkuat
4.      Practice, praktik atau latihan
istilah 1) konotasinya adalah bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti perubahan karena mabuk, lelah, jenuh, dan perubaahn karena kematangan fisik tidak termasuk belajar. Istilah 2) berarti menunjukkan pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar denag penampilan atau kinerja hasil – hasil belajar. Hal ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu merupakan peristiwa hipotesis yang hanya daapt dikenali melalui perubahan kinerja akademik yang dapat diukur. Istilah 3) konotasinya adalah bahwa kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin akan musnah stau sangat lemah apabila tidak diberi penguatan. Adapun istilah terakhir, yakni practice, menunjukkan bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan yang berulang ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi materi yang telah dia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui seusai proses belajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memeroleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini di fokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut adalah fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. Selain itu , perbedaan antara satu situasi belajar dengan situsi belajar lainnya yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan. Situasi belajar menulis, misalnya, tentu tidak sama dengan situasi belajar matematika. Namun demikian, dalam beberapa hal tertentu yang mendasar, mereka sepakat seperti dalam penggunaan istilah “ berubah” dan “tingkah laku”.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.


B.     Pengertian kesulitan Belajar

C.     Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19).
Menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu.
Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.




BAB III
PEMBAHASAN


A.           Faktor Penyebab Timbulnya Kesulitan dalam Belajar
Seringkali kita mendengar masalah atau keluhan tentang kesulitan yang dialami anak-anak dan remaja dalam menghadapi dan mengikuti pelajaran di sekolah, baik secara lisan, tulisan ataupun tugas-tugas yang perlu dilaksanakan. Masalah keluhan itu timbul bukan semata-mata sebagai suatu reaksi spontan terhadap suatu keadaan, akan tetapi biasanya mulai dirasakan sebagai akibat dari suatu peristiwa yang kadang-kadang sudah berlangsung lama atau berlarut-larut.
Pada anak-anak dan remaja yang mengalami masalah sekolah, biasanya terdapat keluhan-keluhan umumnya sebagai berikut :
·         Tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh,
·         Prestasi sekolah menurun atau tidak ada kemajuan sama sekali,
·         Timbulnya sikap-sikap atau tingkah laku yang tidak diinginkan.

Bila kita tinjau, maka pada umumnya masalah tersebut disebabkan oleh adanya faktor-faktor negatif sebagai berikut :

1.      Kurang adanya kematangan physik, mental atau emosi sesuai dengan usianya.
Faktor ini terutama penting bagi anak-anak taraf permulaan SD.
·         Kematangan fisik yang sesuai dengan usia, misalnya keseimbangan dan koordinasi sensor motorik (daya gerak), memegang peranan penting terhadap apa yang dapat dilaksanakan anak.
·         Kematangan mental yang sesuai dengan usianya dapat membantu anak dalam hal memusatkan perhatian, menangkap, memikirkan, dan mengolah hal-hal yang tidak hanya bersifat konkrit, tetapi menjurus kepada hal-hal yang lebih abstrak.
·         Kematangan emosi yang sesuai dengan usianya, akan membantu anak untuk tidak bersikap dependent (tergantung pada orang lain), berani menghadapi dunia luar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2.       Adanya hambatan fisik atau kelainan organis
        Hambatan fisik atau kelainan organis misalnya :
·         Gangguan pendengaran
·         Gangguan penglihatan
·         Cacat pada anggota badan, terutama pada tangan,
·         Gangguan pada syaraf.

3.      Kemampuan yang kurang atau justru lebih tinggi                                                   
Kemampuan yang kurang, yaitu mereka yang mempunyai kemampuan pada taraf rata-rata rendah atau dibawah rata-rata (IQ kurang dari 95).
Bagi mereka yang mempunyai IQ 90-95, sebetulnya tergolong taraf rata-rata, tetapi digolongkan dalam kemampuan yang kurang, karena seringkali beberapa aspek dari kemampuannya berada dibawah rata-rata, antara lain daya abstraksi, daya konsentrasi, dan daya ingatnya. Bila mereka tidak memperoleh perhatian yang cukup dari guru dan terutama dari orang tua, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah, sehingga sering tidak naik kelas. Bagi mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90, selain mempunyai kekurangan-kekurangan seperti di atas, juga mempunyai kelemahan-kelemahan lain, sehingga memerlukan pendidikan di sekolah luar biasa. Kemampuannya yang baik, maka umumnya segala sesuatu mudah baginya. Keadaan ini dapat menyebabkan pelajaran disekolah menjadi kurang menarik bagi mereka. Lalu mereka mengenggap remeh dan bersikap acuh tak acuh terhadap pelajaran. Di samping itu dapat timbul sikap atau tingkah laku lainnya yang kurang diinginkan, misalnya di kelas tidak mau memperhatikan, mengganggu teman, membolos dan sebagainya.

4.      Adanya hambatan atau gangguan emosi
Adanya hambatan atau gangguan emosi, seringkali disebabkan karena pengaruh lingkungan yang kurang baik/sesuai (favourable). Misalnya :
·         Sikap orang tua yang diktator, dan terlalu strict, hingga anak dalam segala hal didikte dan dipaksakan untuk melaksanakan kemauan orang tuanya. Dan anak tidak memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, melaksanakan keinginannya dan untuk berinisiatif sendiri. Akibatnya anak merasa tertekan, patah semangat dan hilang inisiatif/kegairahan untuk melaksanakan sesuatu.
·         Sikap orang tua yang telalu bersikap melindungi (over-protective). Orang tua semacam itu, sedapat mungkin ingin melindungi/menghindarkan anaknya dari segala macam kesulitan sampai ke yang paling kecil sekalipun, seperti dengan memberikan bantuan kepada anaknya dalam segala hal. Dengan demikian maka anak tidak pernah memperoleh kesempatan untuk menjadi "self dependent" (bertumpu pada kemampuan diri sendiri) dan membentuk "self confidence" (kepercayaan diri). Sikap serba bergantung pada orang lain tersebut menyebabkan ia selalu merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk menghadapi atau melaksanakan sesuatu. Sikapnya sering ragu-ragu, tidak berani dan selalu mengharapkan atau menunggu bantuan orang lain. Usaha dari dirinya tidak ada atau kurang sekali. Hingga akhirnya ia menjadi anak yang sangat bergantung kepada orang lain.
·         Sikap orang tua, guru atau lingkungan yang "rejektive", serta pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan atau traumatik bagi anak, misalnya "broken home" (keluarga pecah). Keadaan yang kacau dirumah sangat mengganggu ketenangan dan kestabilan jiwa anak.


B.            Pengaruh Kesulitan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan 4 faktor penyebab kesulitan belajar di atas, maka dapat dikemukakan prestasi sekolah yang umumnya diperoleh dari masing-masing kelompok sebagai berikut:

1.         Anak yang kurang dalam kematangan fisik, mental atau emosi
Akan mengakibatkan :
Ø  Angka kurang untuk tugas-tugas manual yang membutuhkan ketangkasan dan keterampilan tangan.
Ø  Angka kurang untuk pelajaran berhitung, membaca dan imlak (dikte).
Ø  Angka kurang untuk sosialisasi (bermasyarakat), untuk sikap kooperatif (kerjasama) terhadap teman-teman dan tugas-tugas yang harus dikerjakan bersama. Sikap dependent (tergantung pada bantuan orang lain), mudah menangis, atau sangat kasar terhadap kawan.

2.         Anak yang mengalami hambatan fisik atau kelainan organik
Akibatnya antara lain:
Ø  Angka kurang, terutama untuk pelajaran yang membutuhkan daya tangkap dan pendengaran yang baik, misalnya imlak (dikte). Karena sering kurang menangkap penjelasan-penjelasan guru, maka rata-rata angkanya rendah, hampir untuk setiap pelajaran.
Ø  Seperti halnya dengan gangguang pendengaran, maka pada gangguang penglihatan, sering mengakibatkan prestasi yang rata-rata menurun dalam pelajaran yang membutuhkan ketelitian dan ketajaman penglihatan. Di samping itu anak sering merasa rendah diri bila ia harus menggunakan kaca mata, yang antara lain berpengaruh terhadap menurunnya prestasi belajar anak.
Ø  Terutama yang mengalami cacat atau gangguan pada tangan, maka prestasi pelajarannya menjadi karena segala sesuatunya tidak dapat dilaksanakan dengan cepat, sehingga tugas-tugas di sekolah sering tidak selesai.
Ø  Adanya gangguan pada syaraf sering menyebabkan anak hyper-active (terlalu sangat aktif), daya tangkap dan daya ingatnya lemah. Hal ini akan mengakibatkan ia tidak dapat maju atau sedikit sekali mendapat kemajuan dalam pelajaran.

3.         Anak yang kurang kemampuannya (IQ rendah)

Ø  pada umumnya sejak mereka mulai sekolah prestasinya kurang dibandingkan anak-anak lain. Dan perbedaan ini bertambah jelas dengan peningkatan pelajaran-pelajaran, terutama dalam matematika (berhitung) dan pelajaran-pelajaran hafalan. Pada beberapa anak, juga dalam menulis dan membaca angkanya kurang.
Ø  Pada mereka dengan kemampuan tinggi, pada umumnya semua prestasinya baik, tetapi karena kurangnya pengertian dari orang tua atau guru dan tidak ada penyaluran, maka nampak adanya penurunan prestasi secara menyeluruh.

4.         Anak yang mengalami hambatan atau gangguan emosi
menyebabkan keseluruhan prestasinya kurang atau mundur, terutama dalam pelajaran-pelajaran yang membutuhkan konsentrasi, perhatian dan daya ingat. Di samping itu motivasi untuk belajar pun menurun, lalu anak menjadi apatis (diam pasif, tidak punya inisiatif).

C.            Upaya Mengatasi Kesulitan dalam Belajar

fsjsff

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright @ 2013 FARMASI OBAT HERBAL.

Designed by Templateiy & CollegeTalks